Sunday, April 28, 2019

Penyakit Kusta


A.    Definisi
Istilah Kusta berasal dari bahasa sansekerta yang berarti Kustha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum, yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta menyerang berbagai tubuh diantaranya saraf dan kulit. Penyakit ini adalah tipe penyakit Gramulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.(Dinkes,2015: 1)
Menurut Bujawati,dkk:2015. Kusta (Lepra) atau Morbushansen merupakan penyakit menular dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi,kulit,dan jaringan tubuh lainnya. Tipe-tipe penyakit kusta antara lain:
Reaksitipe I (reaksi reversal, reaksi upgrading,reaksiborderline)
Terjadi pada pasien tipe borderline  disebabakan meningkatnya kekebalan selular secara cepat. Pada reaksi inti terjadi pergeseran tipe kusta ke arah PB. Faktor pencetusnya tidak diketahui secara pasti tapi diperkirakan ada hubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Gejala klinis reaksi tipe  berupa perubahan lesi kulit, neuritis nyeri tekanan pada saraf, dan atau ganguan keadaan umum pasien ( gejala konstitusi).
Reaksitipe II (reaksi eritemanodosumleprosum).
Reaksi ini terjadi pada pasien tipe MB dan merupakan reaksi humoral, dimana basil kusta  yang ututh maupun tak utuh menjadi  antigen. Tubuh akan membentuk antibodi dan komplemen sebagai irespondanya antigen.  Reaksi kompleksimun terjadi antara antigen, antibodi dan komplemen. Kompleksi imun ini dapat mengendap antara lain di kulit berbentuk nodul yang di kenal sebagai eritemanodosumleprosum (ENL), mata (iridosiklitis), sendi (artritis) dan saraf (neuritis) dengan disertai gejala konstitusi  seperti demam malaise, serta komplikasi pada tubuh lainnya.
Hal yang mempermudah terjadi reaksi kusta adalah stres fisik; (kondisi lemah menstruasi, hamil, setelah melahirkan, pembedahan, sesudah mendapatkan imunisasi dan malaria) dan stres mental. Perjalanan reaksi dapat berlangsung sampai tiga minggu, kadang-kadang timbul berulang-ulang dan berlangsung lama.


B.   Epidemiologi
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
1.      Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
2.      Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun,keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanyakontak yang lama dan berulang-ulang.
Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal yang tidak bisa diterangkan mengenai penularan ini sesuai hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit infeksi lainnya. Menurut Cocreane (1959), terlalu sedikit orang tertular penyakti kusta secara kontak kulit dengan kasus lepra terbuka. Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan  bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganansan mycrobacterium leprae dan daya tubuh penderita.

C.   Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh M .leprae yang ditemukan oleh G.H. Armauer Hansen tahun 1873 di Norwegia.Basil ini bersifat tahan asam, bentuk pleomorf lurus, batang ramping dan sisanya berbentuk paralel dengan kedua ujung-ujungnya bulat dengan ukuran panjang 1-8 um dan diameter 0,25-0,3 um. Basil ini menyerupai kuman berbentuk batang yang gram positif, tidak bergerak dan tidak berspora. Dengan pewarnaan  Ziehl-Nielsenbasil yang hidup dapat berbentuk batang yang utuh, berwarna merah terang, dengan ujung bulat (solid),sedang basil yang mati bentuknya terpecah-pecah (fragmented)atau granular. Basil ini hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu rendah dan tidak dapat dikultur dalam media buatan (in vitro).

D.   Patifisiologi
Mekanisme penularan kusta yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman Mycobacterium leprae Menderita kusta, Iklim (cuaca panas dan lembab) diet, status gizi,status sosial ekonomi dan genetic Juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu.
Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidak cukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab Penyakit kusta dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dengan orang sehat. Dalam penelitian terhadap insiden, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepramatosa beragam dari 6.2 per 211000 per tahun di Cebu,Philipina hingga 55.8 per 1000 per tahun di India Selatan. Dua pintu keluar dari Mycobacterium leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepramatosa menunjukan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimana masih belum dapat dibuktikan bahwa organism tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun telah ditemukan bakteri tahan asam di epidermis. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukan bakteri tahan asam di epitel Deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis.
Dalam penelitian terbaru Job etal menemukan adanya sejumlah Mycobacterium leprae yang besar dilapisan keratin superficial kulit di penderita kusta lepromatosa.Hal ini menbentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjarkeringat.Pentingnya mukosa hidung dalam penularan Mycobacterium leprae telah ditemukan oleh Schaffer pada tahun 1898. Jumlah bakteri dari lesi mukosa hidung pada kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di secret hidung penderita. Devey dan Reesmengindikasi bahwa secret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari.22Pintu masuk dari Mycobacterium leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan kulit dan pernafasan atas menjadi gerbang  masuknya bakteri.
 Masa inkubasi kusta belum dapat dikemukakan. beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasi kusta, masa inkubasi kusta minimum dilaporkan beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporkan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non endemik. Secara umum telah ditetapkan masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

E.    Gejala Kusta
Penyakit ini terdiri dari dua jenis, yaitu kusta kering atau pausi basiler (PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Munculnya bercak putih seperti panu biasanya merupakan gejala kusta kering. Sedangkan gejala kusta basah lebih mirip kadas, yaitu bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit.
Gejala kusta yang paling mendasar lainnya adalah mati rasa atau baal. Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan perubahan suhu sehingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Nah, hal tersebutlah yang menyebabkan penderita rentan mengalami kecacatan karena saraf mereka rusak, sehingga mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka putus.Selain yang sudah disebutkan tadi, beberapa tanda dan gejala kusta yang harus diwaspadai adalah:
1.     Kulit kering, dan pada daerah yang sebelumnya ditumbuhi rambut atau bulu bisa rontok
  1. Bulu mata yang rontok
  2. Kelemahan atau kelumpuhan otot
  3. Perubahan bentuk wajah
  4. Mutilasi, rasa baal menyebabkan penderita tidak menyadari adanya luka, sehingga bisa menimbulkan luka yang tidak diobati, borok
  5. Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat gangguan keseimbangan hormon
  6. Penurunan berat badan
  7. Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut
  8. Lepuh atau ruam
  9. Muncul bisul tapi tidak sakit
  10. Hidung tersumbat atau mimisan
  11. Muncul luka tapi tidak terasa sakit
Tanda dan gejala kusta sering kali menyerupai penyakit lain, dan terkadang menyebabkan terlambatnya diagnosis, oleh sebab itu penyakit disebut juga sebagai the great immitator. Beberapa penyakit yang mirip dengan kusta adalah vitiligo, ptiriasis versikolor, ptiriasis alba, tinea korporis, dan masih banyak lagi.

F.    Faktor Penyebab Penyakit Kusta
1.    Faktor kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
2.    Faktor imunitas
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).
3.    Keadaan lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
4.     Faktor umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Risiko penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
5.    Faktor jenis kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.

No comments:

Post a Comment