Monday, July 30, 2018

Kampung Adat Pulo Garut


Kami dari Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, ini adalah hasil Kegiatan Survei mengenai Kampung Adat Pulo yang berada di Garut pada 2 April 2018







A.    Latar Belakang
            Secara geografis, Kampung Adat Pulo terletak di Rt.01 Rw.15 Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Kata “pulo” sendiri merupakan bahasa sunda dari kata “pulau”, oleh karena itu karena kampung ini terletak di tengah-tengah pulau maka kampung ini dinamai Kampung Pulo. Karena letaknya ditengah-tengah pulau, Kampung Pulo ini dikelilingi oleh danau yang luasnya mencapai 2,5 hektar. Danau tersebut bernama Situ Cangkuang. Kampung Adat Pulo di rintis oleh Mbah Dalem Arif Muhammad. Beliau berasal dari Kerajaan Mataram yang saat itu Kerajaan Mataram dibawah kekuasaan Sultan Agung. Suatu Ketika Arif Muhammad dpercaya untuk menjadi panglima perang dan memimpin perang pasukan Mataram melawan tentara VOC di Batavia. Sayangnya, pasukan Arif muhammad mengalami kekalahan, hingga terpontang-panting dan sampailah di Priangan Timur. Arif Muhammad malu jika harus kembali ke Mataram, karena prinsip pada saat itu dari pada kalah mening harus mati.
            Pada saat itu keadaan Kampung Adat Pulo menganut kepercayaan Hindu, maka Arif muhammad mulai menyebarkan agama Islam melalui berbagai cara dengan pendekatan budaya, hingga hal ini dapat diterima oleh masyarakat setempat. Oleh sebab itu, maka terjadi sebuah riwayat Kampung Adat Pulo.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Adat Pulo ?
2.      Bagaimana keadaan Kampung Adat Pulo apabila dilihat dari aspek demografi, kependudukan, sosial-ekonomi dan kesehatan ?
3.      Apa saja adat-istiadat yang terdapat di Kampung Adat Pulo ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Kampung Adat Pulo.
2.     

1sd
Untuk mengetahui keadaan Kampung Adat Pulo apabila dilihat dari aspek demografi, kependudukan, sosial-ekonomi dan kesehatan.
3.      Untuk mengetahui berbagai macam adat-istiadat yang terdapat di Kampung Adat Pulo.
D.    Manfaat
Menambah informasi, pengetahuan,dan wawasan bagi khalayak umum terutama pembaca dan penulis mengenai sejarah Kampung Adat Pulo, juga dapat mengetahui berbagai aspek demografi, kependudukan, kesehatan, dan sosial-ekonomi yang ada di Kampung Pulo




A.    Sejarah Kampung Adat Pulo
Nama Kampung Pulo sendiri berasal dari kata “pulo” (bahasa sunda) yang artinya pulau. Kampung ini terletak disebuah pulau yang dikelilingi danau yang luasnya mencapai 25 hektar dengan kedalaman kurang lebih 2 meter. Danau tersebut bernama Situ Cangkuang, kata cangkuang sendiri berasal dari nama pohon yang pada waktu itu banyak tumbuh disekitar danau, yaitu pohon cangkuang.
Masyarakat Kampung Pulo merupakan keturunan Mbah Dalem Arif Muhammad.Beliau adalah salah satu tokoh sentral penyebar agama islam di Kampung Pulo dan sekitarnya yang merupakanseorang panglima perang dari Kerajaan Mataram pada masa kekuasaan Sultan Agung, tepatnya pada abad ke 17.
Dulu ketika SultanAgung mendengar adatentara VOC di Batavia, beliau tidak senang dengan adanya kedudukan tersebut,beliau pun mengutus pasukannya untuk menyerang VOC di Batavia dibawah pimpinan Arif MuhammadPada saat penyerangan, Arif Muhammad dan pasukannyamengalami kekalahan sehingga beliau lari terpontang panting ke Priangan Timur.
Singkat cerita, Arif Muhammad tidak mau kembali lagi ke Mataram karena jika dia kembali ke Mataram dia takut dibunuh oleh Sultan Agung, dan merasa malu oleh Mataram karena dulu di Kerajaan Mataram terdapatperibahasa “Dari pada kalah lebih baik mati”. Akhirnya Arif Muhammad mencari tempat persembunyian yang aman di Priangan Timur dan sampai di Kampung Pulo.
Dulu setelah masuknya islam ke daerah Garut, mayoritas penduduk kampung ini masih menganut ajaran dinamisme dan animisme. Namun, setelah kedatangan Arif Muhammad yang menyebarkan agama islam di wilayah kampung Pulo dan sekitarnya melalui pendekatan budaya dan momentum islam masyarakat Kampung Pulo pun akhirnya menganut agama islam.

31sd
Berbagai macam bukti penyebaran islam oleh beliau adalah dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa naskah seperti al-quran, kitab fikih, sunnah, ilmu alat, ilmu nahwu, ilmu sorof dan sebagainya, yang ditulisdiatas kulit kayu dari pohon karet atau masyarakat setempat zaman dulu menyebutnya “daluang”. Daluang sendiri merupakan kertas tradisional nusantara. Bukti lainnya adalah naskah khutbah yang panjangnya hampir 3 meter, yang ditulis dengan huruf arab,tetapi berbahasa jawa kuno. Ada juga sastra, jampe jampe, dan jampe pelet.
Arif Muhammadsendiri memiliki 7 orang anak, yaitu seorang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. 1 anak laki-laki dilambangkan dengan satu bukit dan 6 anak perempuan dilambangkan dengan 6 rumah. 

B.     Aspek Demografi dan Kependudukan
Saat ini,jumlah penduduk di Kampung Pulo sebanyak 23 orang, yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 11 orang laki-laki, termasuk Pak Kuncen ( Pemimpin/pemangku adat) Kampung Pulo ini. Di kampung ini hanya terdapat 6 rumah dan disetiap rumah wajib diisi/dihuni oleh satu kepala keluarga. Dari abad ke-17 sampai sekarang harus ada 6 kepala keluarga yang menempati rumah di Kampung Pulo ini, tidak boleh kurang ataupunlebih,
Di Kampung Pulo ini jika ada yang menikah maka harus keluar dulu dari kampung ini, sampaiterdapat rumah yang kosong. Rumah yang ada di kampung ini diwariskan kepada anak perempuan saja, jadi jika anak laki-laki yang menikah maka dia langsung keluar saja dari Kampung Pulo ini, tetapi meski begitu dia masih bisa bersilaturahmi dengan keluarga yang ada di Kampung Pulo ini. Sedangkan apabila dari keluarga tersebut tidak memiliki anak perempuan, maka setelah anggota keluarga meninggal dan rumah mereka menjadi kosong, rumah tersebut akan ditempati oleh keluarga yang lain yang siap menempati.
Di Kampung Pulo ini memiliki 2 sistem tata perkawinan, yaitu indogami dan heksogami dengan artian masyarakat kampung bisa menikah dengan orang yang ada di Kampung Pulo atau menikah dengan orang luar. Program kependudukan di  Kampung Pulo tidak dibatasi contohnya seperti pogram KB, program itu diserahkan kembali kepada masyarakatnya apakah mau mengikuti program atau tidak. Tapi karena sekarang penduduknya sudah mengerti mengenai tujuan diadakannya program tersebut, merekapunbanyak yang mengunakan KBsehingga angka pertumbuhan di kampung ini terbilang normal karena pertumbuhan penduduknya dapat terkontrol. Angka kematian di kampung ini juga terbilang biasa saja, karena kebanyakan penduduk kampung ini memiliki kondisi fisik yang sehat dan berumur panjang.

C.    Aspek Sosial-Ekonomi
1.      Pendidikan
Pendidikan masyarakat di Kampung Pulo ini terbilang cukup baik, mereka sudah mengikutisalah satu program pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun. Jadi semua masyarakat Kampung Pulo ini tidak membatasi tingkat pendidikan anggota keluarganya, bahkan anak-anak dari Kampung Pulo ini sudah banyak yang mengenyam pendidikan sampai tingkat sarjana.
2.      Pekerjaan dan Pendapatan
Pekerjaan masyarakatKampung Pulo ini kalau dulu hanya bertaniseperti menanam padi, jagung dan singkong, ada juga yang berladang, dan menangkap ikan.Tapi sekarang setelah Kampung Pulo ini dibuka sebagai objek wisatamereka juga ada yang bekerjasebagai pedagang makanan dan souvenir khas Kampung Pulo, ada yang mendayung rakit, dan ada juga yang bekerja sebagaipegawai pemerintahan seperti PNS.
Dengan bertani, masyarakat sangat bersyukur karena tidak kekurangan pangan, malah di jaman sekarang ini yang rawan pangan ialah masyarakat modern, karena disekitar masyarakat kampung adat masih terdapatsumber daya alam yang melimpah. Dalam satu kali panen masyarakat Kampung Pulo bisa menghasilkan 1 ton, hasil panennya sebagian di konsumsi sendiri dan sisanya djual.
Masyarakat kampung adat terkenal dengan memiliki lumbung padi, atau lumbung keluarga di dalam rumahnya, kalau dalam bahasa sunda disebut “goah”.Karena bagi  masyarakat kampung adat yang terpenting adalah memiliki beras bukan uang seperti masyarakat modern sekarang ini.Lahan pertanian milik masyarakat kampung sendiri terletak di sekitaran Kampung Adat Pulo.
Di Kampung Pulo, secara adat ada suatu laranganbagi masyarakatnya untuk bekerja ke luar kampung, jadi masyarakat itu harus bekerja diwilayah sini saja.Agar ketika pagi bekerja, sorenya bisa berkumpul dengan keluarga.
3.      Tempat Tinggal
Masyarakat Kampung Pulo tinggal di rumah adat yang biasa disebut rumah panggung. Rumah panggung Kampung Pulo sendirimemiliki atap yang terbuat dari bambu yang disusun bulak-balik dan ijuk.Setiap rumah di kampung ini wajib diisi/dihuni oleh satu kepala keluarga saja. Jadi dalam satu kampungharus terdapat 6 kepala keluarga tidak boleh kurang ataupun lebih. Karena, jika ada yang melanggar nanti akan mendapatakibatnya yang disebutkasupata atau malapetaka.
Kampung Pulo ini dipimpin oleh seorang pemangkuadat yang disebut Pak Kuncen, istilah pak kuncen ini artinya sebagai penyambung lidah dari nenek moyang leluhur.Seorang kuncen sendiri dibantu oleh wakil kuncen dalam mempertahankan adat istiadat dan juga sebagai penegak hukum adat bagi masyarakat KampungPulo.

D.    Aspek Kesehatan
Masyarakat di Kampung Pulo mengenal dua jenis pengobatan, yaitu pengobatan tradisional dan modern. Pengobatan tradisional juga ada dua macam, ada yang menggunakan obat-obatan tradisonal yaitu ramuan-ramuan, dan ada juga yang menggunakan pengobatan spiritual, seperti jampe-jampe dan jangjawokan.
Jenis pengobatan yang dilakukan masyarakat pundisesuaikan dengan penyakit yang diderita, apabila memerlukan penanganan dokter seperti penyakit jantung maka orang tersebut pun akan dibawa ke dokter,tapi jika penyakit yang diderita masih biasa dan tidak terlalu parah hanya diobati dengan cara tradisional saja.
Riwayat penyakit masyarakat Kampung Pulo ini salahsatunya adalah penyakit diabetes, karena pada zaman dulu masyarakat belum memahami betul mengenai penyakit yang diderita oleh mereka.Terkadang sugesti masyarakat itu lebih kuat dan lebih dominan, contohnya apabila seseorang sudah yakin akan sembuh jika berobat kepada mantri, maka apabila berobat ke dokter itu tidak akan ada pengaruhnya.
Di Kampung Pulo ini juga sudah mengikuti program KB yang telah digalakan oleh pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penduduk di masyarakat.Mengenai sarana prasarana kesehatan di Kampung Pulo ini harus keluar. Sekarang sudah ada posyandu untuk ibu-ibu hamil, dan ada juga program persalinan gratis.
Berbagai penelitian mengenai humaniora di Kampung Pulo sendiri sudah pernah ada, contohnya seperti meneliti kekuatan gigi seorang nenek yang sudah berumur 90 tahun. Ternyata nenek tersebut memiliki gigi yang masih kuat karena ketika muda nenek tersebut sering mengunyah sirih. Dalam hal menjaga lingkungan sekitar, di Kampung Pulo ada program jumsih yaitu akronim dari jumat bersih, jadi kegiatan ini hanya diadakan satu kali disetiap minggunya tepatnya pada hari jumat.

E.     Adat Istiadat
Dikampung adat pulo ini terdapat adat istiadat yang masih terpelihara dari dulu sampai saat ini,yang dikenal dengan 5 pantangan dan tidak boleh dilanggar oleh masyarakat KampungPulo ataupun masyarakat luar.
1.      Hari rabu tidak boleh berziarah kubur ke makam.Alasannya karena pada zaman dahulu umat hindu di Kampung Pulo menyembah candi cangkuang pada hari rabu.
2.      Tidak boleh membuat rumah dengan beratap sure, berbentuk memanjang, dan berbentuk prisma.
3.      Tidak boleh memukul gong dari perunggu. Pada saat anak laki-laki Arif Muhammad akan disunat, datang malapetaka yang sangat besar ketika dia diarakmemakai tandu menggunakan rumah rumahan beratap sure dan diiringi musik gamelan, sehingga menewaskan anak dari Arif Muhammad.Sejak saat itulah,Arif Muhammad mengatakankepada anak cucunya supaya tidak mengikuti jejak mereka, maka sampai saat ini masyarakatnya tidak boleh melakukan hal-hal yang melanggar 5 pantangan tersebut
4.      Tidak boleh menambah dan mengurangi jumlah bangunan pokok.Karena bangunan-bangunan disini sebagai simbol dari keturunan Mbah Dalem Arif Muhammad.
5.      Tidak boleh berternak hewan besar berkaki 4. Hal ini berkaitan dengan kesehatan, yakni mencegah masuknya kotoran-kotoran ke dalam makam makam yang dikeramatkan, dan agar lingkungan menjadi bersih.
Di Kampung Pulo ini banyak melaksanakan tradisi-tradisi islam,contohnya pada saat bulan maulud ada acara muludan,pada tanggal 12 mulud ada acara ngariung mulud, dan tanggal 14 mulud ada acara memandikan benda pusaka.
Ketika awal masa pertaniaan ada acara mitemenyan, dilanjutkan dengan acara niiskeun pare. Apabila membangun rumah, ada acara ngadegkeun suhunan, lalu acara ngalebetan bumi. Dalam setiap kegiatan tersebut, masih kental dengan budaya jadi masih ada sesajen, kemenyan, makanan-makanan berat,dan makanan ringan.Semua kegiatan ini masih dilaksanakan, karena menyimpan ajaran silaturahmi untuk budaya islam.
Namun, seiring berjalannya waktu dan semenjak Kampung Pulo dibuka sebagai objek wisata, beberapa tatakramasudah mulai gugur,contohnya apabila berkunjung kesini tidak boleh berbicara sembarangan, berjalan tidak boleh lenggang, badan harus dalam keadaan suci, tidak boleh menggunakanalas kaki, tidak boleh memakai topi, tidak boleh bersiul dan lain sebagainya.Hal itu karena sudah menjadi kearifan local seiring dengan dibukanya wisata Kampung Pulo.

Semoga menambah informasi dan wawasan 

No comments:

Post a Comment