Kami dari Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, ini adalah hasil Kegiatan Survei mengenai Kampung Adat Pulo yang berada di Garut pada 2 April 2018
A.
Latar Belakang
Secara geografis, Kampung Adat Pulo
terletak di Rt.01 Rw.15 Desa Cangkuang Kecamatan
Leles Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.
Kata “pulo” sendiri merupakan bahasa sunda dari kata “pulau”, oleh karena itu
karena kampung ini terletak di tengah-tengah pulau maka kampung ini dinamai
Kampung Pulo. Karena letaknya ditengah-tengah pulau, Kampung Pulo ini
dikelilingi oleh danau yang luasnya mencapai 2,5 hektar. Danau tersebut bernama
Situ Cangkuang. Kampung Adat Pulo di rintis oleh Mbah Dalem Arif Muhammad.
Beliau berasal dari Kerajaan Mataram yang saat itu Kerajaan Mataram dibawah
kekuasaan Sultan Agung. Suatu Ketika Arif Muhammad dpercaya untuk menjadi
panglima perang dan memimpin perang pasukan Mataram melawan tentara VOC di
Batavia. Sayangnya, pasukan Arif muhammad mengalami kekalahan, hingga terpontang-panting
dan sampailah di Priangan Timur. Arif Muhammad malu jika harus kembali ke
Mataram, karena prinsip pada saat itu dari pada kalah mening harus mati.
Pada saat itu keadaan Kampung Adat
Pulo menganut kepercayaan Hindu, maka Arif muhammad mulai menyebarkan agama
Islam melalui berbagai cara dengan pendekatan budaya, hingga hal ini dapat
diterima oleh masyarakat setempat. Oleh sebab itu, maka terjadi sebuah riwayat
Kampung Adat Pulo.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Adat Pulo ?
2. Bagaimana keadaan Kampung Adat Pulo apabila dilihat dari
aspek demografi, kependudukan, sosial-ekonomi dan kesehatan ?
3. Apa saja adat-istiadat yang terdapat di Kampung Adat Pulo
?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Kampung Adat Pulo.
2.
Untuk mengetahui keadaan Kampung Adat Pulo apabila
dilihat dari aspek demografi, kependudukan, sosial-ekonomi dan kesehatan.
1sd
|
3. Untuk mengetahui berbagai macam adat-istiadat yang
terdapat di Kampung Adat Pulo.
D.
Manfaat
Menambah
informasi, pengetahuan,dan wawasan bagi khalayak umum terutama pembaca dan penulis mengenai
sejarah Kampung Adat Pulo, juga dapat mengetahui berbagai aspek demografi,
kependudukan, kesehatan, dan sosial-ekonomi yang ada di Kampung Pulo
A.
Sejarah
Kampung
Adat Pulo
Nama
Kampung Pulo sendiri berasal dari kata “pulo” (bahasa sunda) yang artinya
pulau. Kampung ini terletak disebuah pulau yang dikelilingi danau yang luasnya
mencapai 25 hektar dengan kedalaman kurang lebih 2 meter. Danau tersebut
bernama Situ Cangkuang, kata cangkuang sendiri berasal dari nama pohon yang
pada waktu itu banyak tumbuh disekitar danau, yaitu pohon cangkuang.
Masyarakat
Kampung Pulo merupakan keturunan Mbah Dalem Arif Muhammad.Beliau adalah salah satu
tokoh sentral penyebar agama islam di Kampung
Pulo dan sekitarnya yang merupakanseorang panglima
perang dari Kerajaan
Mataram pada masa kekuasaan Sultan Agung, tepatnya pada abad ke 17.
Dulu
ketika SultanAgung
mendengar adatentara
VOC di Batavia, beliau tidak
senang dengan adanya kedudukan tersebut,beliau pun mengutus pasukannya untuk menyerang VOC di Batavia
dibawah pimpinan Arif
Muhammad. Pada saat penyerangan, Arif Muhammad dan pasukannyamengalami
kekalahan sehingga
beliau lari terpontang panting ke Priangan
Timur.
Singkat cerita, Arif Muhammad tidak mau
kembali lagi ke Mataram
karena jika dia kembali ke Mataram
dia takut dibunuh oleh Sultan
Agung, dan merasa malu
oleh Mataram karena dulu di Kerajaan Mataram terdapatperibahasa “Dari pada kalah lebih
baik mati”. Akhirnya Arif Muhammad
mencari tempat persembunyian yang aman
di Priangan Timur dan sampai di Kampung Pulo.
Dulu
setelah masuknya islam ke daerah Garut, mayoritas penduduk kampung ini masih
menganut ajaran dinamisme dan animisme. Namun, setelah kedatangan Arif Muhammad
yang menyebarkan agama islam di wilayah kampung Pulo dan sekitarnya melalui
pendekatan budaya dan momentum islam masyarakat Kampung Pulo pun akhirnya
menganut agama islam.
31sd
|
Arif
Muhammadsendiri memiliki 7 orang anak, yaitu seorang anak laki-laki
dan 6 orang anak perempuan. 1 anak
laki-laki dilambangkan dengan satu bukit dan 6 anak perempuan dilambangkan
dengan 6 rumah.
B.
Aspek Demografi dan Kependudukan
Saat
ini,jumlah
penduduk di Kampung Pulo sebanyak 23 orang, yang terdiri dari
12 orang perempuan dan 11 orang laki-laki, termasuk Pak Kuncen ( Pemimpin/pemangku adat) Kampung Pulo ini. Di kampung
ini hanya terdapat 6 rumah dan disetiap rumah wajib
diisi/dihuni oleh satu kepala keluarga.
Dari abad ke-17 sampai sekarang harus ada 6 kepala keluarga yang
menempati rumah di Kampung Pulo ini, tidak boleh kurang ataupunlebih,
Di
Kampung Pulo ini jika ada yang
menikah maka harus keluar dulu dari kampung
ini, sampaiterdapat rumah
yang kosong. Rumah yang ada di kampung ini
diwariskan kepada anak perempuan saja,
jadi jika anak laki-laki yang menikah maka
dia langsung keluar saja dari Kampung Pulo ini, tetapi meski begitu dia masih
bisa bersilaturahmi dengan keluarga yang ada di Kampung
Pulo ini. Sedangkan apabila dari
keluarga tersebut tidak
memiliki anak perempuan, maka setelah anggota
keluarga meninggal dan rumah mereka menjadi kosong, rumah tersebut akan
ditempati oleh keluarga yang lain yang siap menempati.
Di Kampung Pulo ini memiliki 2 sistem
tata perkawinan, yaitu indogami
dan heksogami dengan artian masyarakat
kampung bisa menikah dengan orang yang ada di Kampung Pulo atau menikah dengan orang
luar. Program kependudukan di Kampung Pulo
tidak dibatasi contohnya seperti
pogram KB, program itu diserahkan kembali kepada
masyarakatnya apakah mau mengikuti program atau tidak.
Tapi karena sekarang penduduknya sudah mengerti mengenai tujuan diadakannya program tersebut, merekapunbanyak yang mengunakan KBsehingga angka pertumbuhan di kampung ini terbilang
normal karena pertumbuhan penduduknya dapat terkontrol. Angka kematian di
kampung ini juga terbilang biasa saja, karena kebanyakan penduduk kampung ini
memiliki kondisi fisik yang sehat dan berumur panjang.
C.
Aspek Sosial-Ekonomi
1.
Pendidikan
Pendidikan
masyarakat di Kampung Pulo ini terbilang cukup baik,
mereka sudah mengikutisalah satu program
pemerintah yaitu program
wajib belajar 9 tahun. Jadi semua masyarakat Kampung Pulo ini tidak membatasi
tingkat pendidikan anggota keluarganya, bahkan anak-anak dari Kampung Pulo ini
sudah banyak yang mengenyam pendidikan sampai tingkat sarjana.
2.
Pekerjaan dan
Pendapatan
Pekerjaan
masyarakatKampung Pulo ini kalau dulu hanya
bertaniseperti menanam padi, jagung dan singkong, ada juga yang
berladang, dan menangkap
ikan.Tapi sekarang setelah Kampung Pulo ini dibuka sebagai objek wisatamereka juga ada yang bekerjasebagai pedagang makanan dan
souvenir khas Kampung Pulo, ada yang mendayung
rakit, dan ada juga yang bekerja sebagaipegawai pemerintahan seperti PNS.
Dengan
bertani, masyarakat sangat bersyukur karena tidak kekurangan pangan, malah di
jaman sekarang ini yang rawan pangan ialah masyarakat
modern, karena disekitar masyarakat kampung adat masih terdapatsumber
daya alam yang melimpah. Dalam
satu kali panen masyarakat Kampung Pulo bisa menghasilkan 1 ton, hasil
panennya sebagian di
konsumsi sendiri dan sisanya djual.
Masyarakat
kampung adat terkenal dengan memiliki
lumbung padi, atau lumbung
keluarga di dalam rumahnya, kalau dalam bahasa sunda disebut “goah”.Karena bagi masyarakat kampung adat yang terpenting adalah memiliki beras bukan uang seperti masyarakat modern sekarang ini.Lahan
pertanian
milik masyarakat kampung sendiri terletak di sekitaran Kampung Adat Pulo.
Di Kampung Pulo, secara adat ada
suatu laranganbagi masyarakatnya untuk bekerja
ke luar kampung, jadi masyarakat itu
harus bekerja diwilayah sini saja.Agar ketika
pagi bekerja, sorenya bisa berkumpul dengan keluarga.
3.
Tempat Tinggal
Masyarakat
Kampung Pulo tinggal di rumah adat yang biasa disebut rumah panggung. Rumah panggung Kampung Pulo sendirimemiliki atap yang terbuat dari bambu
yang disusun bulak-balik dan
ijuk.Setiap rumah di kampung ini
wajib diisi/dihuni oleh satu kepala keluarga
saja. Jadi dalam satu kampungharus terdapat 6 kepala keluarga tidak
boleh kurang ataupun lebih.
Karena, jika ada yang melanggar
nanti akan mendapatakibatnya yang
disebut“kasupata” atau malapetaka.
Kampung
Pulo ini dipimpin oleh
seorang pemangkuadat yang disebut Pak
Kuncen, istilah pak kuncen ini artinya
sebagai penyambung lidah dari nenek moyang leluhur.Seorang kuncen sendiri dibantu oleh wakil
kuncen dalam mempertahankan adat
istiadat dan juga sebagai
penegak hukum adat bagi
masyarakat KampungPulo.
D.
Aspek Kesehatan
Masyarakat di Kampung Pulo mengenal dua jenis pengobatan, yaitu pengobatan tradisional
dan modern.
Pengobatan tradisional juga ada dua macam, ada yang menggunakan obat-obatan
tradisonal yaitu ramuan-ramuan, dan ada juga yang
menggunakan pengobatan spiritual, seperti jampe-jampe dan jangjawokan.
Jenis
pengobatan yang dilakukan masyarakat pundisesuaikan dengan
penyakit yang diderita, apabila memerlukan penanganan dokter seperti penyakit
jantung maka orang tersebut pun akan dibawa ke dokter,tapi
jika penyakit yang diderita masih
biasa dan tidak terlalu parah hanya diobati dengan cara
tradisional saja.
Riwayat
penyakit masyarakat Kampung Pulo ini salahsatunya adalah penyakit diabetes, karena pada zaman dulu
masyarakat belum memahami betul mengenai
penyakit yang diderita oleh mereka.Terkadang sugesti
masyarakat itu lebih kuat dan
lebih dominan,
contohnya apabila seseorang sudah yakin akan sembuh jika
berobat kepada mantri, maka apabila berobat ke dokter itu tidak akan ada
pengaruhnya.
Di
Kampung Pulo ini juga sudah mengikuti program KB yang telah digalakan oleh
pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penduduk di masyarakat.Mengenai sarana prasarana kesehatan di Kampung Pulo ini harus keluar. Sekarang sudah ada posyandu untuk
ibu-ibu hamil, dan ada juga program
persalinan gratis.
Berbagai
penelitian mengenai humaniora di Kampung Pulo sendiri sudah pernah ada,
contohnya seperti meneliti kekuatan gigi seorang nenek yang sudah berumur 90
tahun. Ternyata nenek tersebut memiliki gigi yang masih kuat karena ketika muda
nenek tersebut sering mengunyah sirih. Dalam hal menjaga lingkungan sekitar, di Kampung Pulo ada program “jumsih” yaitu akronim dari
jumat bersih,
jadi kegiatan ini hanya diadakan
satu kali disetiap minggunya tepatnya pada hari jumat.
E.
Adat Istiadat
Dikampung adat
pulo ini terdapat adat
istiadat yang masih terpelihara
dari dulu sampai saat ini,yang dikenal
dengan 5 pantangan dan
tidak boleh dilanggar oleh masyarakat KampungPulo ataupun masyarakat
luar.
1. Hari
rabu tidak boleh berziarah kubur ke makam.Alasannya
karena pada zaman dahulu umat hindu di Kampung Pulo menyembah
candi cangkuang pada hari rabu.
2. Tidak
boleh membuat rumah dengan beratap sure, berbentuk memanjang, dan berbentuk prisma.
3. Tidak
boleh memukul gong dari perunggu. Pada
saat anak laki-laki Arif Muhammad akan disunat, datang malapetaka yang
sangat besar ketika dia diarakmemakai tandu menggunakan rumah
rumahan beratap sure dan diiringi
musik gamelan, sehingga menewaskan anak dari Arif Muhammad.Sejak saat
itulah,Arif Muhammad mengatakankepada anak
cucunya supaya tidak mengikuti jejak
mereka, maka sampai saat ini masyarakatnya tidak boleh
melakukan hal-hal yang melanggar 5
pantangan tersebut
4. Tidak
boleh menambah dan mengurangi jumlah bangunan pokok.Karena bangunan-bangunan disini sebagai simbol dari keturunan Mbah Dalem Arif Muhammad.
5. Tidak
boleh berternak hewan besar berkaki 4.
Hal ini berkaitan dengan kesehatan, yakni mencegah masuknya
kotoran-kotoran ke dalam makam makam
yang dikeramatkan, dan agar lingkungan
menjadi bersih.
Di Kampung Pulo ini banyak melaksanakan tradisi-tradisi islam,contohnya pada saat
bulan maulud
ada acara muludan,pada tanggal 12 mulud ada acara ngariung
mulud, dan tanggal 14 mulud ada
acara memandikan benda pusaka.
Ketika
awal masa pertaniaan ada acara mitemenyan, dilanjutkan dengan
acara niiskeun pare. Apabila membangun
rumah, ada acara ngadegkeun suhunan, lalu acara ngalebetan bumi. Dalam setiap kegiatan tersebut, masih kental dengan
budaya jadi masih ada sesajen, kemenyan, makanan-makanan berat,dan makanan ringan.Semua kegiatan ini masih
dilaksanakan, karena menyimpan
ajaran silaturahmi untuk budaya islam.
Namun, seiring berjalannya
waktu dan semenjak Kampung Pulo dibuka sebagai objek wisata, beberapa tatakramasudah
mulai gugur,contohnya apabila berkunjung kesini tidak
boleh berbicara sembarangan, berjalan tidak boleh
lenggang, badan harus
dalam keadaan suci, tidak boleh menggunakanalas
kaki, tidak boleh memakai topi, tidak boleh bersiul dan lain sebagainya.Hal itu karena sudah menjadi kearifan
local seiring dengan dibukanya wisata Kampung Pulo.
Semoga menambah informasi dan wawasan
Semoga menambah informasi dan wawasan
No comments:
Post a Comment