Saturday, July 14, 2018

Sejarah Kesehatan Masyarakat


A.    Sejarah Kesehatan Masyarakat
Berbicara mengenai kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dun Hygeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mangobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higea, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higea dalam pendekatan/ penanganan masalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan malalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya sacara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/ pembedahan.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara in­dividual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran-cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti antara dokter-pasien.
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktik. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di" tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan partial, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
B.   Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu penge­tahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
a.       Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut terdapat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut dapat dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat. Namun, upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan pada zaman itu.
b.      Periode Ilmu Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan mansuia, termasuk kesehatan. Di samping itu, pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikem­bangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan basil interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Dan segi pelayanan kesehatan masyarakat,  pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah menyelenggrakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

C.   Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indone­sia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937, terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia. Melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun banyi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebinanan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didafaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun , 1934, dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini, dengan melakukan penyem­tan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga inasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15.000.000 Wang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925 Kydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjut­nya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich mengembang­kan daerah percontohan dengan melakukan 'propaganda' pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di In­donesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak panting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung '1(zrt) pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena dan dr yang Selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena Konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyakarat (Puskesmas). Puskemas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif wore terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten. Kegiatan pokok Puskesmas mencakup:
1.      Kesehatan ibu dan anak.
2.      Keluarga Berencana.
3.      Gizi.
4.      Kesehatan lingkungan.
5.      Pencegahan penyalit menular.
6.      Penyuluhan kesehatan masyarakat.
7.      Pengobatan.
8.      Perawatan kesehatan masyarakat.
9.      Usaha kesehatan gizi.
10.  Usaha kesehatan sekolah.
11.  Usaha kesehatan jiwa
12.  Laboratorium
13.  Pencatatan dan pelaporan.
Pada tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni tipe A dan B, di mana tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B hanya dikelola oleh seorang paramedis saja. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan Puskesmas tipe A dan tipe B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian Puskemas, yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya:
a.       Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik.
b.      Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar.
c.       Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.
Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial yng lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan, lokakarya mini (lokmin) untuk pengoperasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga beren­cana.
Program ini mencakup:
a.       Kesehatan ibu dan anak.
b.      Keluarga berencana.
c.       Gizi.
d.      Penanggulangan penyakit diare.
e.       Imunisasi
Puskemas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masin.g­masing.
Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni:
a.       Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.
b.      Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagian dan sejahtera (NKKBS).
c.       Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,
Pelayanan Posyandu menganut sistem 5 meja dengan urutan sebagai berikut:
Meja 1.         Pendaftaran pengunjung Posyandu dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 2.         Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 3.         Pencatatan dan hasil penimbangan dari Meja 2 di dalam KMS, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 4.         Penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader kesehatan.
Meja 5.         Pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yan€ memerlukan, dan periksa hamil, dilayani olel kader kesehatan. Bila ada kasus- yang tidal dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas.
                                            
D.   Definisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupa­kan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit den beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit Melalui imunisasi.
Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masya­rakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, yakni: kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui Usaha-usaha Pengorganisasi Masyarakat.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

E.    Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medikal biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social science). Akan tetapi-sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat itu disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat- merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a.             Epidemiologi.
b.            Biostatistik/statistik kesehatan.
c.             Kesehatan lingkungan.
d.            Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
e.             Administrasi kesehatan masyarakat.
f.             Gizi masyarakat.
g.            Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
a.             Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b.            Perbaikan sanitasi lingkungan.
c.             Perbaikan lingkungan pemukiman.
d.            Pemberantasan vektor.
e.             Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f.             Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g.            Pembinaan gizi masyarakat.
h.            Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
i.              Pengawasan obat dan minuman.
j.              Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.


No comments:

Post a Comment