PERENCANAAN PENDEKATAN ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM
PENANGGULANGAN PENYAKIT TB PARU
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Sosio antropologi Kesehatan
Dosen Pengampu : Ai Sri Kosnayani., S.Pd., M.Si.
Disusun Oleh:
Aji Nijamudin Praja
174101002 / A
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
SILIWANGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt, karena atas Ridha dan
Rahmat-Nya, dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosioantropologi pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
makalah ini.
Oleh karena itu, saya menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1.
Ai Sri Kosnayani.,
S.Pd., M.Si. yang telah memberikan bimbingan kepada saya sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik.
2.
Pengelola
Perpustakaan STIKes BTH Tasikmalaya yang telah memfasilitasi saya dalam mencari
buku referensi.
3.
Agus Nurjaman selaku rekan saya yang telah memberikan saran
dan masukan dalam penyusunan makalah ini.
4.
Ade Irfan Farhan
Hidayat dan Adria Safitri yang telah bersedia menemani saya dalam penyusunan
makalah ini.
Saya
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada saya khususnya dan kepada
pembaca umumnya. Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat saya harapkan untuk
meningkatkan kualitas saya dalam penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Tasikmalaya, 27
November 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. LatarBelakang........................................................................................ 1
B. RumusanMasalah.................................................................................... 2
C. TujuanPenelitian..................................................................................... 2
D. ManfaatPeenelitian................................................................................. 2
E. MetodePenelitian.................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. KajianPustaka......................................................................................... 3
1.
PengertianPenyakit TB
Paru............................................................ 3
2.
Faktorpenyebabpenularanpenyakit
TB Paru.................................... 3
3.
Gejala-gejala.................................................................................... 4
4.
Pencegahan...................................................................................... 5
5.
Pengobatan...................................................................................... 5
6.
Aspek Sosial Budaya....................................................................... 6
B.
Pembahasan............................................................................................ 6
BAB III PENUTUP........................................................................................... 12
A. Simpulan................................................................................................. 12
B.
Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut
Astusi dan Angga (2010:127), menyatakan tuberkulosis paru adalah suatu penyakit
infeksi paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.
Menurut Suharyo (dalam WHO, 2013)
menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis.
Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis. Di Indonesia
pemberantasan penyakit tuberkulosis telah dimulai sejak tahun 1950 dan sesuai
rekomendasi WHO sejak tahun 1986 regimen pengobatan yang semula 12 bulan
diganti dengan pengobatan selama 6-9 bulan. Strategi pengobatan ini disebut
DOTS (Directly
Observed Treatment Short CourseChemotherapy). Cakupan pengobatan dengan strategi DOTS tahun 2000 dengan
perhitungan populasi 26 juta, baru mencapai 28%.Berdasarkan Global Tuberkulosis
Kontrol tahun 2011 angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per
100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan
BTA positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus.
Kematian akibat TB sebesar 27 per 100.000 penduduk atau 182 orang per
hari.Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis setelah India
dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus. Angka kematian masih sama dengan
tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya turun
menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012.
Menurut Saydam (2011), Penyebab penyakit TBC,
karena penderita diserang atau dihinggapi oleh basil-basil atau bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakeri ini
sangan bebas menyebar terhadap orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh
lemah. Penyakit TBC berbeda dengan penyakit pneumia (radang paru-paru) sebab
bakteri penyebabnya berbeda. Organ yang diserang bakteri TBC dapat bervariasi,
namun 90 persen memang menyerang paru-paru. Sedangkan pada pneumonia yang
diserang selalu organ paru-paru.
1
Tetapi TBC dan pneumonia prosesnya
memang sama yaitu berupa infeksi paru-paru.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pendekatan sosial
budaya dalam penanggulangan penyakit TB Paru.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui cara pendekatan
sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB paru.
D. Manfaat Penelitian
1.
Secara
Teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan
mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB paru
2.
Secara
Praktis
Penulis
mengharapkan dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Penulis : Dapat mengetahui mengenai
cara pendekatan sosial budaya dalam
penanggulangan penyakit TB Paru dan dapat belajar menyelesaikan tugas makalah
nin dengan baik.
b.
Bagi
Pembaca : Dapat memberikan wawasan mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam
penanggulangan penyakit TB Paru agar
lebih hati-hati ketika berhubungan dengan sesama.
c.
Bagi
Pelayanan Kesehatan : Dapat memberikan wawasan cara pendekatan sosial budaya
dalam penanggulangan penyakit TB Paru agar pelayanan bisa lebih baik.
E. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian penulis
menggunakan pemaparan materi mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam
penanggulangan penyakit TB paru.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Pustaka
1. Pengertian Penyakit TB Paru
Astusi
dan Angga (2010:127), Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis
biasanya secara inhalasi atau ketika udara masuk ke paru-paru sebab bakteri
bersatu dengan udara sehingga penyebaran bakteri sangat mudah menular, apalagi
ketika daya tahan tubuh seseorang sedang menurun maka akan lebih mudah terinfeksi
bakteri ini.
2. Faktor penyebab penularan penyakit
TB Paru
Menurut
Rahmaniati (2012), menyatakan bahwa penularan TB paru disebabkan beberapa
faktor :
a.
Pengetahuan
Penderita
Tidak sedikit penderita penyakit TB
Paru tidak mengetahui penyakit tersebut, sehingga penderita tidak waspada
terhadap penyakit yang dideritanya. Ini akan menyebabkan sangat mudah
penyebaran penyakit TB Paru karena tidak melakukan pencegahan.
b.
Berdasarkan
usia
Usia bayi kemungkinan besar
terinfeksi bakteri TB Paru, karena daya tahan tubuh bayi masih kurang. Oleh
sebab itu, Bagi masyarakat harus meningkatan kesadaran akan pentingnya
kesehatan dengan salah satu cara mengikuti vaksinasi BCG pada saat masih bayi
yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan agar tercipta sistem kekebalan tubuh
yang optimal.
Selain bayi, TB Paru bisa terjadi
mada pasa puber dan remaja. Hal ini disebabkan karena masa pertumbuhan cepat
namun asupan nutrisi tidak baik, sehingga mudah terinfeksi bakteri.
Kemungkinan bisa terjadi pada usia
dewasa, yang disebabkan karena pola hidup sehat yang tidak baik.
3
c. Berdasarkan
Pendidikan
Sebentar atau lama pendidikan mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam menangani penyakit TB Paru, penularan, gejala-gejala,
pencegahan, dan pengobatan. Orang yang berpendidikan mempunyai banyak informasi
terkait penyakit ini maka memungkinkan akan lebih waspada dalah menghadapi
penyakit.
d.
Kondisi
Fisik Rumah
Rumah
dikatakan sehat apabila secara umum
memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang menganggu.Keadaan lain yang
dapat menyebabkan penyebaran TB Paru karena kurangnya ventilasi rumah. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya udarasegar yang masuk ke dalam rumah.
e.
Sinar Matahari
Sinar matahari yang langsung masuk ke dalam rumah
dapat membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis, jika keadaan rumah yang tidak sesuai dengan
ketentuan maka penyebaran bakteri ini sangat mudah dan cepat.
3.
Gejala-gejala
Menurut Saydam (2011:97), Gejala-gejala
orang yang terkena serangan bakteri TBC umumnya batuk kronis, demam dan
berkeringat di waktu malam. Disamping itu, terjadi keluhan dalam pernapasan,
badan selalu terasa letih, lesu serta rasa nyeri di bagian dada. Dahak
penderita berupa lendir yang kadang-kadang bercampur dengan darah. Batuk
penderita bisa sampai 3 minggu atau lebih. Pada tahap lanjut, dapat juga
dijumpai dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas. Berat badan menurun,
rasa demam meriang. Meskipun demikian belum tentu setiap orang yang batuknya
berdarah menderita TBC, bisa saja batuk berdarah disebabkan oleh berbagai macam
hal seperti karena penyakit paru-paru, adanya perdarahan di daerah hidung
bagian belakang yang tertekan pada saat batuk keluar dari mulut. Bisa pula
karena batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran napas
danmengeluarkan darah. Bakteri TBC yang masuk ke dalam tubuh akan berkembang
biak, lama terkumpulnya bakteri sampai menimbulkan penyakit dapat
berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.
4
Dengan demikian penyakit TBC
bukanlah diwariskan dan bukanlah penyakit turunan (genetik). Namun karena
penularannya melalui percikan dahak di udara yang mengandung kuman TBC, maka
orang yang hidup dengan penderita disinyalir terjangkit juga jenis penyakit TBC
ini. Penderita TBC, biasanya memiliki status gizi yang kurang baik, sehingga
hal ini dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan bagi wanita
hamil. Oleh karena itu, ibu hamil perlu diberi terapi TBC yang diminum dengan
dosis efektif paling rendah.
4. Pencegahan
Untuk menghindari dari infeksi
bakteri TBC tentu harus diawali dengan cara pola hidup sehat dan teratur,
karena seseorang tidak tau kapan akan terserang oleh bakteri TBC. Dengan
teratur dan pola hidup sehat diharapkan daya tahan tubuh bisa memberikan
perlindungan terhadap berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, orang yang sehat
mskipun diserang bakteri TBC tidak akan mempan sebab sudah terbentuk sistem
kekebalan tubuh yang optimal.Pola hidup yang teratur dan sehat tentu saja
disiapkan sejak dini, biasanya selalu mengonsumsi makanan bergizi dan berserat
serta selalu memelihara kebersihan badan dan makanan serta lingkungan. Tempat
tinggalnya harus selalu terkena sinar matahari. Selain itu, bisa juga dengan
cara berhati-hati ketika mendekati orang yang menderita penyakit TB Paru dan
selalu menggunaan masker.(Saydam, 2011:98)
5. Pengobatan
Bila masa dulu penyakit TBC amat menakutkan, karena tidak bisa diobati.
Namun dewasa ini penyakit TBC sudah bisa diobati sampai sembuh. Penderita
penyakit TBC biasanya memiliki status gizi yang kurang baik, serangan bakteri
TBC sangat berbahaya karena bakteri ini bisa menyebabkan penyakit menular
dengan mudah. Menurut beberapa penelitian pengobatan TBC Paru umumnya terdiri
dari dua tingkat yaitu fase terapi intensif dan fase pemeliharaan. Fase terapi
intensif dimaksudkan merupakan kombinasi isoniazid, rifampisin dan piruzinamida
selama 2 bulan berturut-turut. Sedangkan fase pemeliharaan, dokter menggunakan
isozoid bersama
5
rifampisin selama 4 bulan lagi.
Memang jangka waktu pengobatan TBC ini memerlukan waktu yang lama, diharapkan
agar penderita tidak pernah bosan untuk mengonsumsi obat yang diberikan
dokter.Disamping itu, dapat pula digunakan obat untuk penyembuhan alami. Namun
semuanya tergantung pada penderita, bilaIa rajin melakukan anjuran pengobatan
ini, mungkin penyakit itu akan cepat berakhir. Pola diet dan program
pembangunan vitallitas yang menyeluruh secara alami, merupakan salah satu metode
untuk mengatasi penyakit ini.Sebagai langkah pertama, penderita sebaiknya
diberikandiet eksklusif buah segar selama 3 atau 4 hari. Hendaknya ia harus 3
kali buah-buahan segar seperti apel, anggur, pir, jeruk, nanas, dan melon atau
buah0buahan segar lainnya.Setelah diet buah eksklusif, penderita hendaknya
mengadopsi pola makan buah dan susu. Untuk diet ini, makanan yang dikonsumsi
persis sama dengan buak eksklusif, tapi dengan tambahan susu setiap makan buah.
Sementara yang perlu dilakukan selain untuk pemusnahan seluruh sarang infeksi
dan bakteri yang sedang tidur untuk menghindari kambuhnya penyakit. Namun
faktorterpenting untuk berhasilnya pengobatan searah dengan kesediaan terapi
dari penderita untuk secara teratur dan terus menerus minum obat yang diberikan.
Dengan demikian bila penderira rajin mematuhi semua peraturan dan ketentuan,
diharapkan waktu kesembuhan tidak akan terlalu lama. (Saydam, 2011:99)
6. Aspek Sosial Budaya
Menurut Soekanto dan Budi (2017),
menyatakan bahwa proses pendekatan sosial budaya harus memperhatikan penelitian
sosiologis, dimana dalam sosiologi dikenal beberapa konsep dasar seperti
Masalah sosial, kebudayaan, Interaksi sosial, kekuasaan atau wewenang, lembaga
sosial, lapisan sosial, perubahan sosial dan kelompok sosial.
A.
Pembahasan
TB Paru adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubercolusis yang bersifat menular terutama melalui media udara dan akan
menginfeksi paru-paru.Banyak orang yang terinfeksi oleh bakteri ini karena
kurang pengetahuan yang berakibatkurang perhatian terhadap penyakit TB Paru.
6
Penyebaran penyakit TB Paru terjadi melalui salah satu
faktor yang disebabkan karena adanya masalah sosial.
Masalah berarti suatu keadaan yang dapat
mengakibatkan kerugian, baik besar maupun kecil. Sosial berarti suatu keadaan perilaku
yang terjadi di masyarakat. Jadi, masalah sosial adalah suatu perilaku yang
tidak sesuai sebagaimana mestinya dan berakibat terhadap kerugian baik besar
atau kecil.Berbeda dengan budaya, budaya berarti suatu kebiasaan yang terjadi
dimasyarakat. Bisa dikatakan bahwa budaya adalah hasil dari sosial, berawal
dari suatu prilaku yang berakibat menjadi suatu kebiasaan.Oleh karena itu, saya
menitikberatkan pada pembahasan ini terhadap sosial, sebab kebudayaan dibentuk
karena adanya sosial.
Masalah
sosial yang mempunyai akibat terhadap penyebaran penyakit TB paru seperti
kurangnya pendidikan, kemiskinan, faktor biologis.
Kurang pendidikan artinya kurang
pengetahuan, infeksi TB paru secara mudah akan menyebarkarena kurangnya
informasi mengenai penyakit TB paru, penularan, pencegahan, gejala-gejala,
bahkan pengobatan. Masyarakat akan beranggapaan bahwa penyakit ini sangat biasa
dan tidak berakibat fatal serta lebih parah ketika mengabaikan terhadap
kesehatan pribadi maupun ligkungan. Banyak penggetahuan diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan dengan melakukan pencegahan terhadap suatu
penyakit baik menular atau tidak menular. Kurang pendidikan atau pengetahuan
ini ditinjau dari dua sisi, yakni penderita penyakit dan lingkungan (orang
terdekat).
Penderita penyakit TB paru akan
tidak hati-hati terhadap penyakit yang diderita, maka berakibat penyebaran secara
mudah terhadap lingkungan, misalnya dengan berperilaku meludah sembarangan,
tidak menutup mulut saat batuk atau bersin. Begitu juga dengan lingkungan
(orang terdekat) karena ketidak tahuan mengenai penyakit ini memungkin
penyebaran sangat mudah, misalnya ketika sedang dekat dengan penderita penyakit
TB paru, tidak memakai masker atau makan dan minum dengan satu wadah dengan penderita.
7
Salah satu masalah sosial yang
berdampak terhadap penyebaran TB paru adalah kemiskinan. Kemiskinan atau kurang
ekonomi biasanya memiliki kriteria rumah yang tidak sesuai, maka akan mudah
bakteri TB paru menyebar bahkan berkembangbiak dengan lebih banyak. Penyebaran
atau perkembangbiakan bakteri ini bisa semakin merajalela di dalam rumah yang
tidak memenuhi kriteria misalnya, pencahayaan,
penghawaan, ruang gerak yang tidak cukup, tidak ada ventilasi atau keadaan
ventilasi sangat kecil. Hal ini akan berakibat rumah kekurangan udara segar dan
sinar matahari, penyebaran bakteripun akan lebih mudah. Sinar matahari terutama
pagi hari dapat membunuh bakteri ini. Biasanya ini terjadi di perkotaan sebab
tingkat kepadatan penduduk lebih banyak.
Hal
lain penyebab masalah sosial yang berakibat terhadap penyebaran TB paru adalah
faktor biologis. Faktor biologis diantaranya adalah usia, jenis kelamin, sistem
kekebalan.
Usia
bayi atau anak-anak akan mudah terinfeksi bakteri TB Paru daripada orang
dewasa, begitu juga dengan perempuan lebih rentan terkena infeksi bakteri dari
pada laki-laki sebab sistem kekebalan tubuh tiap orang berbeda. Oleh karen itu,
petugas kesehatan memberikan program vaksinasi BSG sejak bayi untuk menangkal
bakteri TBC, sehingga sistem kekebalan bayi dapat peka terhadap bakteri dengan
baik dan terhindar dari penyebaran infeksi TB Paru.
Mengetahui hal demikian, penyebaran bakteri Mycobacterium tubercolusis sangat rentan
ditemui di semua kalangan masyarakat. Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan terkait
penyakit TB Paru sesuai dengan ketentuan kesehatan.
Untuk melakukanpenanggulangan penyakit TB Paru tentu
harus langsung berhubungan dengan masyarakat, tetapi hal ini sangat sulit sebab
masyarakat mempunyai kebiasaan yang membudaya dalam masalah penyakit. Penanggulangan
penyakit TB Paru terlebih dahulu bisa dilakukan dengan cara pendekatan. Pendekatan dilakukan
untuk memudahkan penyampaian informasi mengenai penyakit TB Paru, penularan,
pencegahan, gejala-gejala, dan pengobatan. Masyarakat yang sangat kental dengan
kebudayaan dalam penanggulangan penyakit, maka akan sulit untuk merubah cara
pola pikir sebab sudah menjadi kepercayaan yangtidak bisa ditinggalkan. Perlu
suatu pendekatan
8
kepada masyarakat untuk
memberikan pengertian atau pemahaman terkait penyakit TB Paru agar masyarakat
bisa hidup lebih sehat.
Pendekatan yang bisa dilakukan, baik oleh orang yang
berpengatahuan tentang penyakit ini atau petugas kesehatan, harus mampu menarik
perhatian agar masyarakat dapat mengetahui tentang informasi penyakit TB Paru,
penularan,gejala-gejala, pencegahan, pengobatan.
Sangat sulit ketika
langsung terjun menghadapi masyarakat luas, karena masyarakat relatif akan
mengikuti orang yang berpengaruh menurut kepercayaannya. Orang yang sangat
berpengaruh dimasyarakat sangat beragam, bisa tokoh masyarakat, kepala suku
atau pemimpin daerah, ulama, dan lain sebagainya. Diharuskan,petugas kesehatan
sebelum terjun langsung ke masyarakat agar mengetahui situasi dan kondisi
dimasyarakat tentang kebudayaan, peradaban, kebiasaan dan sebagainya. Setelah
mengetahui situasi dan kondisi di suatu masyarakat, maka mulai mendekati orang yang
paling berpengaruh terlebih dahulu agar lebih mudah untuk menyampaikan
informasi ke masyarakat luas, dengan melakukan pendekatan terhadap orang yang
berpengaruh dapat memberikan peluang kepada petugas untuk menyampaikan informasi
terhadap masyarakat, maka akan tercipta suatu interaksi sosial satu sama lain
yang saling menguntungkan.
Orang yang paling berpengaruh di suatu masyarakat merupakan kunci utama
yang harus dihadapi untuk memudahkan berhubungan dengan masyarakat luas. Alasan
lain mengapa petugas kesehatan harus melakukan pendekatan terlebih dahulu
terhadap orang yang paling berpengaruh di masyarakat, Sebab orang itu adalah
orang yang sangat dipercaya oleh masyarakatkarena memiliki kekuasaan atau
kewenangan di masyarakat tersebut. Apabila terjadi suatu masalah dimasyarakat,
maka setiap warga akan mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh
orang yang dipercayanya, sehingga memungkinkan apabila petugas kesehatan akan
memberikan informasi terkait masalah penyakit TB Paru, akan sulit diterima
kalau tidak melalui orang yang paling berpengaruh di masyarakat tersebut.
Masyarakat telah membentuk sebagai lembaga sosial, dimana lembaga sosial ini berarti
suatu sistem norma yang memiliki tujuan
tertentu
9
terbentuk dari nilai, norma, adat
istiadat, tata kelakuan, ketentuan sanksi dan unsur budaya lainnya yang berlaku
dimasyarakat.
Pada saat
pendekatan berhasil dilakukan, maka orang yang dipercaya oleh masyarakat akan
memberikan perhatian kepada masyarakatnya untuk menerima apa yang akan
disampaikan oleh petugas kesehatan terkait dengan penyakit TB Paru. Petugas kesehatan mulai merancang agenda
selanjutnya yakni memberikan edukasi.Pemberian edukasi ini bisa dilakukan
dengan cara sosialisasi atau penyuluhan atau promosi kesehatan.
Penyuluhan atau sosialisai bisa
dilakukan dengan 2 cara, yakni langsung berhubungan tatap muka perindividu atau
tatap muka dengan cara kelompok (bersama-sama). Penyuluhan antar individu
dilakukan ketika anggota masyarakat tidak memungkinkan untuk berdatangan ke
tempat penyuluhan, disebabkan karena setiap anggota masyarakat mempunyai
kesibukan yang berbeda-beda sehingga petugas kesehatan harus masuk ke
rumah-rumah agar informasi bisa tersampaikan bisa secara merata. Cara ini akan
memakan banyak waktu, menguras tenaga, dan harus memiliki interaksi yang baik
antara petugas kesehatan dan anggota masyarakat.
Adapun sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan secara kelompok
(bersama-sama)lebih bersifat terbuka, sebab masyarakat yang berasal dari luar
pun dapat mengikuti secara bebas. Ini adalah kesempatan emas bagi petugas
kesehatan untuk memaparkan secara rinci mengenai penyakit TB Paru, cara
penularan, gejala-gejala yang dialami, pencegahan, bahkan pengobatan.
Penyuluhan harus dilakukan oleh orang yang profesional, sehingga dapat menarik
perhatian dan memberikan rasa penasaran kepada masyarakat terkait penyakit TB
Paru. Seseorang yang melakukan penyuluhan harus memiliki metode atau media yang
digunakan agar sosialisasi atau penyuluhan mudah diingat dan diterapkan
dikehidupan masyarakat. Harapan dari adanya sosialisasi atau penyuluhan ini,
masyarakat dapat mengamalkan tentang bagaimana ketentuan yang harus dilakukan
dan ditinggalkan dalam masalah kesehatan. Begitu juga dengan seseorang
penderita, seorang penderita akan lebih memahami dan hati-hati dalam menghadapi
masalah penyakit agar tidak menular terhadap lingkungan di
10
sekitarnya. Setelah masyarakat
mengerti tentang informasi terkait penyakit TB Paru, tidak menutup kemungkinan
masyarakat mensosialisaikan kembali dikeluarga sebab masyarakat sudah mengerti
tentang arti pentingnya kesehatan dan ketentuan ketika ada serangan penyakit
dalam hal ini adalah penyakt TB Paru.
Manfaat
yang diambil apabila selesai sosialisai atau penyuluhan kemasyarakat,
diharapkan akan terjadi perubahan perilaku. Berubah perilaku dari nilai-nilai
yang tidak sesuai dengan kesehatan menjadi sesuai dengan kesehatan, contoh
ketika seseorang tidak peka terhadap penyakit maka akan lebih waspada sehingga
menghasilkan masyarakat dengan pola pikir mengenai paradigma sehat bahwasanya
mencegah lebih baik dari pada mengobati. Tetapi tidak cukup jikalau hanya sampai
perubahan perilaku, karena orang yang telah berperilaku sehat tidak menutup
kemungkinan untuk kembali berperilaku tidak sehat. Oleh karena itu, diperlukan
suatu pembinaan dan pengembangan perilaku sehat dengan membuat suatu program
kemasyarakatan, agar masyarakat tercipta rasa peduli secara kebersamaan akan
kesehatan. Langkah lain agar masyarakat berperilaku sehat yaitu dengan membuat
suatu kebijakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, agar dapat
dilaksanakan oleh setiap lapisan masyarakat. Kebijakan bisa berupa perintah
atau berupa sanksi apabila melanggar ketentuan, dengan hal ini diharapkan
masyarakat menjadi tetap konsisten dalam melaksanakan perilaku sehat. Sebab
salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penyakit sangat mudah dan cepat adalah
dengan perilaku yang tidak sehat. Sangat sensitif masalah perilaku, sebab
perilaku berhubungan dengan banyak hal, misal dengan lingkungan baik makhluk
hidup ataupun tidak hidup. Perubahan perilaku dalam hal ini, dapat menimbulkan
efek positif seperti rasa kemanusiaan yang tinggi, tolong menolong, rasa milik
bersama tidak ada perbedaan, hidup bersama dan saling menguntungkan.
11
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Akibat dari
penyebaran penyakit TB Paru yang sangat mudah dan cepat dimasyarakat akan meningkatkan
angka kesakitan yang tidak terkendali. Hal ini diperlukan strategi untuk
penanggulangan penyakit TB paru. Salah satu cara penanggulangan adalah dengan
melakukan pendekatan baik terhadap penderita maupun terhadap masyarakat luas.
Pendekatan dilakukan berawal dengan memberikan pengaruh terhadap orang yang
paling dipercaya di masyarakat, agar lebih mudah diterima informasi dari
petugas kesehatan terhadap masyarakat luas. Kemudian, petugas kesehatan
memberikan edukasi dengan cara sosialisasi atau penyuluhan terhadap masyarakat
mengenai penyaki TB Paru secara terbuka dan dibahas dengan rinci. Harapan
dilakukan sosialisasi atau penyuluhan dapat merubah pola pikir dengan perilaku
sehat agar tercipta masyarakat sehat tanpa berobat. Selain petugas kesehatan,
selanjutnya masyarakat itu sendiri yang akan mensosialisasikan informasi
mengenai penyakit TB Paru terhadap orang terdekat dalam hal ini adalah
keluarga.
B.
Saran
Saya
memberikan saran khususnya terhadap petugas kesehatan agar memberikan
penyuluhan terhadap masyarakat luas agar tercipta masyarakat yang sehat dan
memiliki pola pikir paradigma sehat. Pentingnya penyuluhan sebab masyarakat
memerlukan informasi terkait penyakit TB Paru yang mudah menular. Faktor lain
yang menyebabkan harusnya penyuluhan karena masyarakat kurang aktiif dalam
mencari informasi, maka dari itu petugas kesehatan yang harus bergerak
menyampaikan informasi.
12
DAFTAR
PUSTAKA
Astusi
dan Angga, (2010). Asuhan Keperawatan
Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media Jakarta
Suharyo,
Determinan Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013. 9(1):85-91
Saydam,
Gouzali (2011). Memahami berbagai
penyakit pernapasan dan gangguan pencernaan. Bandung : Alfabeta
Soekano,
Soerjono dan Budi Sulistyowati (2017). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Rahmaniati, Martya. Pola Penyebaran Kasus Tuberkulosis Dengan Pendekatan
Spasial-Statistik.Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2012. hal 5-10
13
No comments:
Post a Comment