Saturday, July 14, 2018

Pendekatan Sosbud untuk TB Paru


PERENCANAAN PENDEKATAN ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT TB PARU

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Sosio antropologi Kesehatan
Dosen Pengampu : Ai Sri Kosnayani., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:
Aji Nijamudin Praja
174101002 / A








JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2017





KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt, karena atas Ridha dan Rahmat-Nya, dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosioantropologi pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.         Ai Sri Kosnayani., S.Pd., M.Si. yang telah memberikan bimbingan kepada saya sehingga dapat terselesaikannya makalah ini dengan baik.
2.         Pengelola Perpustakaan STIKes BTH Tasikmalaya yang telah memfasilitasi saya dalam mencari buku referensi.
3.         Agus Nurjaman  selaku rekan saya yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan makalah ini.
4.         Ade Irfan Farhan Hidayat dan Adria Safitri yang telah bersedia menemani saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada saya khususnya dan kepada pembaca umumnya. Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat saya harapkan untuk meningkatkan kualitas saya dalam penyusunan makalah dimasa yang akan datang.

Tasikmalaya, 27 November 2017

Penulis,

i




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.    LatarBelakang........................................................................................ 1
B.     RumusanMasalah.................................................................................... 2
C.     TujuanPenelitian..................................................................................... 2
D.    ManfaatPeenelitian................................................................................. 2
E.     MetodePenelitian.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A.    KajianPustaka......................................................................................... 3
1.      PengertianPenyakit TB Paru............................................................ 3
2.      Faktorpenyebabpenularanpenyakit TB Paru.................................... 3
3.      Gejala-gejala.................................................................................... 4
4.      Pencegahan...................................................................................... 5
5.      Pengobatan...................................................................................... 5
6.      Aspek Sosial Budaya....................................................................... 6
B.     Pembahasan............................................................................................ 6
BAB III PENUTUP........................................................................................... 12
A.    Simpulan................................................................................................. 12
B.     Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13

ii



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Astusi dan Angga (2010:127), menyatakan tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Suharyo (dalam WHO, 2013) menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis. Di Indonesia pemberantasan penyakit tuberkulosis telah dimulai sejak tahun 1950 dan sesuai rekomendasi WHO sejak tahun 1986 regimen pengobatan yang semula 12 bulan diganti dengan pengobatan selama 6-9 bulan. Strategi pengobatan ini disebut DOTS (Directly Observed Treatment Short CourseChemotherapy). Cakupan pengobatan dengan strategi DOTS tahun 2000 dengan perhitungan populasi 26 juta, baru mencapai 28%.Berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011 angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB sebesar 27 per 100.000 penduduk atau 182 orang per hari.Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis setelah India dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus. Angka kematian masih sama dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya turun menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012.
Menurut Saydam (2011), Penyebab penyakit TBC, karena penderita diserang atau dihinggapi oleh basil-basil atau bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakeri ini sangan bebas menyebar terhadap orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh lemah. Penyakit TBC berbeda dengan penyakit pneumia (radang paru-paru) sebab bakteri penyebabnya berbeda. Organ yang diserang bakteri TBC dapat bervariasi, namun 90 persen memang menyerang paru-paru. Sedangkan pada pneumonia yang diserang selalu organ paru-paru.

1

Tetapi TBC dan pneumonia prosesnya memang sama yaitu berupa infeksi paru-paru.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB Paru.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB paru.
D. Manfaat Penelitian
1.        Secara Teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB paru
2.        Secara Praktis
Penulis mengharapkan dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi:
a.       Bagi Penulis : Dapat mengetahui mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB Paru dan dapat belajar menyelesaikan tugas makalah nin dengan baik.
b.        Bagi Pembaca : Dapat memberikan wawasan mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB Paru agar  lebih hati-hati ketika berhubungan dengan sesama.
c.         Bagi Pelayanan Kesehatan : Dapat memberikan wawasan cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB Paru agar pelayanan bisa lebih baik.
E. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian penulis menggunakan pemaparan materi mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit TB paru.

2

BAB II
PEMBAHASAN 

A.      Kajian Pustaka
1.    Pengertian Penyakit TB Paru
Astusi dan Angga (2010:127), Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi atau ketika udara masuk ke paru-paru sebab bakteri bersatu dengan udara sehingga penyebaran bakteri sangat mudah menular, apalagi ketika daya tahan tubuh seseorang sedang menurun maka akan lebih mudah terinfeksi bakteri ini.
2.    Faktor penyebab penularan penyakit TB Paru
Menurut Rahmaniati (2012), menyatakan bahwa penularan TB paru disebabkan beberapa faktor :
a.     Pengetahuan Penderita
Tidak sedikit penderita penyakit TB Paru tidak mengetahui penyakit tersebut, sehingga penderita tidak waspada terhadap penyakit yang dideritanya. Ini akan menyebabkan sangat mudah penyebaran penyakit TB Paru karena tidak melakukan pencegahan.
b.    Berdasarkan usia
Usia bayi kemungkinan besar terinfeksi bakteri TB Paru, karena daya tahan tubuh bayi masih kurang. Oleh sebab itu, Bagi masyarakat harus meningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan salah satu cara mengikuti vaksinasi BCG pada saat masih bayi yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan agar tercipta sistem kekebalan tubuh yang optimal.
Selain bayi, TB Paru bisa terjadi mada pasa puber dan remaja. Hal ini disebabkan karena masa pertumbuhan cepat namun asupan nutrisi tidak baik, sehingga mudah terinfeksi bakteri.
Kemungkinan bisa terjadi pada usia dewasa, yang disebabkan karena pola hidup sehat yang tidak baik.

3


c.    Berdasarkan Pendidikan
            Sebentar atau lama pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menangani penyakit TB Paru, penularan, gejala-gejala, pencegahan, dan pengobatan. Orang yang berpendidikan mempunyai banyak informasi terkait penyakit ini maka memungkinkan akan lebih waspada dalah menghadapi penyakit.
d.    Kondisi Fisik Rumah
Rumah dikatakan sehat apabila secara  umum memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang menganggu.Keadaan lain yang dapat menyebabkan penyebaran TB Paru karena kurangnya ventilasi rumah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya udarasegar yang masuk ke dalam rumah.
e.     Sinar Matahari
Sinar matahari yang langsung masuk ke dalam rumah dapat membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis, jika keadaan rumah yang tidak sesuai dengan ketentuan maka penyebaran bakteri ini sangat mudah dan cepat.
3.    Gejala-gejala
Menurut Saydam (2011:97), Gejala-gejala orang yang terkena serangan bakteri TBC umumnya batuk kronis, demam dan berkeringat di waktu malam. Disamping itu, terjadi keluhan dalam pernapasan, badan selalu terasa letih, lesu serta rasa nyeri di bagian dada. Dahak penderita berupa lendir yang kadang-kadang bercampur dengan darah. Batuk penderita bisa sampai 3 minggu atau lebih. Pada tahap lanjut, dapat juga dijumpai dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas. Berat badan menurun, rasa demam meriang. Meskipun demikian belum tentu setiap orang yang batuknya berdarah menderita TBC, bisa saja batuk berdarah disebabkan oleh berbagai macam hal seperti karena penyakit paru-paru, adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertekan pada saat batuk keluar dari mulut. Bisa pula karena batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran napas danmengeluarkan darah. Bakteri TBC yang masuk ke dalam tubuh akan berkembang biak, lama terkumpulnya bakteri sampai menimbulkan penyakit dapat berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.

4


Dengan demikian penyakit TBC bukanlah diwariskan dan bukanlah penyakit turunan (genetik). Namun karena penularannya melalui percikan dahak di udara yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dengan penderita disinyalir terjangkit juga jenis penyakit TBC ini. Penderita TBC, biasanya memiliki status gizi yang kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan bagi wanita hamil. Oleh karena itu, ibu hamil perlu diberi terapi TBC yang diminum dengan dosis efektif paling rendah.
4.    Pencegahan
Untuk menghindari dari infeksi bakteri TBC tentu harus diawali dengan cara pola hidup sehat dan teratur, karena seseorang tidak tau kapan akan terserang oleh bakteri TBC. Dengan teratur dan pola hidup sehat diharapkan daya tahan tubuh bisa memberikan perlindungan terhadap berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, orang yang sehat mskipun diserang bakteri TBC tidak akan mempan sebab sudah terbentuk sistem kekebalan tubuh yang optimal.Pola hidup yang teratur dan sehat tentu saja disiapkan sejak dini, biasanya selalu mengonsumsi makanan bergizi dan berserat serta selalu memelihara kebersihan badan dan makanan serta lingkungan. Tempat tinggalnya harus selalu terkena sinar matahari. Selain itu, bisa juga dengan cara berhati-hati ketika mendekati orang yang menderita penyakit TB Paru dan selalu menggunaan masker.(Saydam, 2011:98)
5.    Pengobatan
Bila masa dulu penyakit TBC amat menakutkan, karena tidak bisa diobati. Namun dewasa ini penyakit TBC sudah bisa diobati sampai sembuh. Penderita penyakit TBC biasanya memiliki status gizi yang kurang baik, serangan bakteri TBC sangat berbahaya karena bakteri ini bisa menyebabkan penyakit menular dengan mudah. Menurut beberapa penelitian pengobatan TBC Paru umumnya terdiri dari dua tingkat yaitu fase terapi intensif dan fase pemeliharaan. Fase terapi intensif dimaksudkan merupakan kombinasi isoniazid, rifampisin dan piruzinamida selama 2 bulan berturut-turut. Sedangkan fase pemeliharaan, dokter menggunakan isozoid bersama 

5

rifampisin selama 4 bulan lagi. Memang jangka waktu pengobatan TBC ini memerlukan waktu yang lama, diharapkan agar penderita tidak pernah bosan untuk mengonsumsi obat yang diberikan dokter.Disamping itu, dapat pula digunakan obat untuk penyembuhan alami. Namun semuanya tergantung pada penderita, bilaIa rajin melakukan anjuran pengobatan ini, mungkin penyakit itu akan cepat berakhir. Pola diet dan program pembangunan vitallitas yang menyeluruh secara alami, merupakan salah satu metode untuk mengatasi penyakit ini.Sebagai langkah pertama, penderita sebaiknya diberikandiet eksklusif buah segar selama 3 atau 4 hari. Hendaknya ia harus 3 kali buah-buahan segar seperti apel, anggur, pir, jeruk, nanas, dan melon atau buah0buahan segar lainnya.Setelah diet buah eksklusif, penderita hendaknya mengadopsi pola makan buah dan susu. Untuk diet ini, makanan yang dikonsumsi persis sama dengan buak eksklusif, tapi dengan tambahan susu setiap makan buah. Sementara yang perlu dilakukan selain untuk pemusnahan seluruh sarang infeksi dan bakteri yang sedang tidur untuk menghindari kambuhnya penyakit. Namun faktorterpenting untuk berhasilnya pengobatan searah dengan kesediaan terapi dari penderita untuk secara teratur dan terus menerus minum obat yang diberikan. Dengan demikian bila penderira rajin mematuhi semua peraturan dan ketentuan, diharapkan waktu kesembuhan tidak akan terlalu lama. (Saydam, 2011:99)
6.     Aspek Sosial Budaya
Menurut Soekanto dan Budi (2017), menyatakan bahwa proses pendekatan sosial budaya harus memperhatikan penelitian sosiologis, dimana dalam sosiologi dikenal beberapa konsep dasar seperti Masalah sosial, kebudayaan, Interaksi sosial, kekuasaan atau wewenang, lembaga sosial, lapisan sosial, perubahan sosial dan kelompok sosial.
A.      Pembahasan
            TB Paru adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tubercolusis yang bersifat menular terutama melalui media udara dan akan menginfeksi paru-paru.Banyak orang yang terinfeksi oleh bakteri ini karena kurang pengetahuan yang berakibatkurang perhatian terhadap penyakit TB Paru.
6

Penyebaran penyakit TB Paru terjadi melalui salah satu faktor yang disebabkan karena adanya masalah sosial.
Masalah berarti suatu keadaan yang dapat mengakibatkan kerugian, baik besar maupun kecil. Sosial berarti suatu keadaan perilaku yang terjadi di masyarakat. Jadi, masalah sosial adalah suatu perilaku yang tidak sesuai sebagaimana mestinya dan berakibat terhadap kerugian baik besar atau kecil.Berbeda dengan budaya, budaya berarti suatu kebiasaan yang terjadi dimasyarakat. Bisa dikatakan bahwa budaya adalah hasil dari sosial, berawal dari suatu prilaku yang berakibat menjadi suatu kebiasaan.Oleh karena itu, saya menitikberatkan pada pembahasan ini terhadap sosial, sebab kebudayaan dibentuk karena adanya sosial.
            Masalah sosial yang mempunyai akibat terhadap penyebaran penyakit TB paru seperti kurangnya pendidikan, kemiskinan, faktor biologis.
Kurang pendidikan artinya kurang pengetahuan, infeksi TB paru secara mudah akan menyebarkarena kurangnya informasi mengenai penyakit TB paru, penularan, pencegahan, gejala-gejala, bahkan pengobatan. Masyarakat akan beranggapaan bahwa penyakit ini sangat biasa dan tidak berakibat fatal serta lebih parah ketika mengabaikan terhadap kesehatan pribadi maupun ligkungan. Banyak penggetahuan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dengan melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit baik menular atau tidak menular. Kurang pendidikan atau pengetahuan ini ditinjau dari dua sisi, yakni penderita penyakit dan lingkungan (orang terdekat).
Penderita penyakit TB paru akan tidak hati-hati terhadap penyakit yang diderita, maka berakibat penyebaran secara mudah terhadap lingkungan, misalnya dengan berperilaku meludah sembarangan, tidak menutup mulut saat batuk atau bersin. Begitu juga dengan lingkungan (orang terdekat) karena ketidak tahuan mengenai penyakit ini memungkin penyebaran sangat mudah, misalnya ketika sedang dekat dengan penderita penyakit TB paru, tidak memakai masker atau makan dan minum dengan satu wadah dengan penderita.

7

Salah satu masalah sosial yang berdampak terhadap penyebaran TB paru adalah kemiskinan. Kemiskinan atau kurang ekonomi biasanya memiliki kriteria rumah yang tidak sesuai, maka akan mudah bakteri TB paru menyebar bahkan berkembangbiak dengan lebih banyak. Penyebaran atau perkembangbiakan bakteri ini bisa semakin merajalela di dalam rumah yang tidak memenuhi kriteria misalnya, pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang tidak cukup, tidak ada ventilasi atau keadaan ventilasi sangat kecil. Hal ini akan berakibat rumah kekurangan udara segar dan sinar matahari, penyebaran bakteripun akan lebih mudah. Sinar matahari terutama pagi hari dapat membunuh bakteri ini. Biasanya ini terjadi di perkotaan sebab tingkat kepadatan penduduk lebih banyak.
Hal lain penyebab masalah sosial yang berakibat terhadap penyebaran TB paru adalah faktor biologis. Faktor biologis diantaranya adalah usia, jenis kelamin, sistem kekebalan.
Usia bayi atau anak-anak akan mudah terinfeksi bakteri TB Paru daripada orang dewasa, begitu juga dengan perempuan lebih rentan terkena infeksi bakteri dari pada laki-laki sebab sistem kekebalan tubuh tiap orang berbeda. Oleh karen itu, petugas kesehatan memberikan program vaksinasi BSG sejak bayi untuk menangkal bakteri TBC, sehingga sistem kekebalan bayi dapat peka terhadap bakteri dengan baik dan terhindar dari penyebaran infeksi TB Paru.
            Mengetahui hal demikian, penyebaran bakteri Mycobacterium tubercolusis sangat rentan ditemui di semua kalangan masyarakat. Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan terkait penyakit TB Paru sesuai dengan ketentuan kesehatan.
Untuk melakukanpenanggulangan penyakit TB Paru tentu harus langsung berhubungan dengan masyarakat, tetapi hal ini sangat sulit sebab masyarakat mempunyai kebiasaan yang membudaya dalam masalah penyakit. Penanggulangan penyakit TB Paru terlebih dahulu bisa dilakukan  dengan cara pendekatan. Pendekatan dilakukan untuk memudahkan penyampaian informasi mengenai penyakit TB Paru, penularan, pencegahan, gejala-gejala, dan pengobatan. Masyarakat yang sangat kental dengan kebudayaan dalam penanggulangan penyakit, maka akan sulit untuk merubah cara pola pikir sebab sudah menjadi kepercayaan yangtidak bisa ditinggalkan. Perlu suatu pendekatan 

8

kepada masyarakat untuk memberikan pengertian atau pemahaman terkait penyakit TB Paru agar masyarakat bisa hidup lebih sehat.
            Pendekatan yang bisa dilakukan, baik oleh orang yang berpengatahuan tentang penyakit ini atau petugas kesehatan, harus mampu menarik perhatian agar masyarakat dapat mengetahui tentang informasi penyakit TB Paru, penularan,gejala-gejala, pencegahan, pengobatan.
Sangat sulit ketika langsung terjun menghadapi masyarakat luas, karena masyarakat relatif akan mengikuti orang yang berpengaruh menurut kepercayaannya. Orang yang sangat berpengaruh dimasyarakat sangat beragam, bisa tokoh masyarakat, kepala suku atau pemimpin daerah, ulama, dan lain sebagainya. Diharuskan,petugas kesehatan sebelum terjun langsung ke masyarakat agar mengetahui situasi dan kondisi dimasyarakat tentang kebudayaan, peradaban, kebiasaan dan sebagainya. Setelah mengetahui situasi dan kondisi di suatu masyarakat, maka mulai mendekati orang yang paling berpengaruh terlebih dahulu agar lebih mudah untuk menyampaikan informasi ke masyarakat luas, dengan melakukan pendekatan terhadap orang yang berpengaruh dapat memberikan peluang kepada petugas untuk menyampaikan informasi terhadap masyarakat, maka akan tercipta suatu interaksi sosial satu sama lain yang saling menguntungkan.
Orang yang paling berpengaruh di suatu masyarakat merupakan kunci utama yang harus dihadapi untuk memudahkan berhubungan dengan masyarakat luas. Alasan lain mengapa petugas kesehatan harus melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap orang yang paling berpengaruh di masyarakat, Sebab orang itu adalah orang yang sangat dipercaya oleh masyarakatkarena memiliki kekuasaan atau kewenangan di masyarakat tersebut. Apabila terjadi suatu masalah dimasyarakat, maka setiap warga akan mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang yang dipercayanya, sehingga memungkinkan apabila petugas kesehatan akan memberikan informasi terkait masalah penyakit TB Paru, akan sulit diterima kalau tidak melalui orang yang paling berpengaruh di masyarakat tersebut. Masyarakat telah membentuk sebagai lembaga sosial, dimana lembaga sosial ini berarti suatu sistem norma yang memiliki tujuan tertentu 
9

terbentuk dari nilai, norma, adat istiadat, tata kelakuan, ketentuan sanksi dan unsur budaya lainnya yang berlaku dimasyarakat.
            Pada saat pendekatan berhasil dilakukan, maka orang yang dipercaya oleh masyarakat akan memberikan perhatian kepada masyarakatnya untuk menerima apa yang akan disampaikan oleh petugas kesehatan terkait dengan penyakit TB Paru.  Petugas kesehatan mulai merancang agenda selanjutnya yakni memberikan edukasi.Pemberian edukasi ini bisa dilakukan dengan cara sosialisasi atau penyuluhan atau promosi kesehatan.
Penyuluhan atau sosialisai bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni langsung berhubungan tatap muka perindividu atau tatap muka dengan cara kelompok (bersama-sama). Penyuluhan antar individu dilakukan ketika anggota masyarakat tidak memungkinkan untuk berdatangan ke tempat penyuluhan, disebabkan karena setiap anggota masyarakat mempunyai kesibukan yang berbeda-beda sehingga petugas kesehatan harus masuk ke rumah-rumah agar informasi bisa tersampaikan bisa secara merata. Cara ini akan memakan banyak waktu, menguras tenaga, dan harus memiliki interaksi yang baik antara petugas kesehatan dan anggota masyarakat.
Adapun sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan secara kelompok (bersama-sama)lebih bersifat terbuka, sebab masyarakat yang berasal dari luar pun dapat mengikuti secara bebas. Ini adalah kesempatan emas bagi petugas kesehatan untuk memaparkan secara rinci mengenai penyakit TB Paru, cara penularan, gejala-gejala yang dialami, pencegahan, bahkan pengobatan. Penyuluhan harus dilakukan oleh orang yang profesional, sehingga dapat menarik perhatian dan memberikan rasa penasaran kepada masyarakat terkait penyakit TB Paru. Seseorang yang melakukan penyuluhan harus memiliki metode atau media yang digunakan agar sosialisasi atau penyuluhan mudah diingat dan diterapkan dikehidupan masyarakat. Harapan dari adanya sosialisasi atau penyuluhan ini, masyarakat dapat mengamalkan tentang bagaimana ketentuan yang harus dilakukan dan ditinggalkan dalam masalah kesehatan. Begitu juga dengan seseorang penderita, seorang penderita akan lebih memahami dan hati-hati dalam menghadapi masalah penyakit agar tidak menular terhadap lingkungan di 
10

sekitarnya. Setelah masyarakat mengerti tentang informasi terkait penyakit TB Paru, tidak menutup kemungkinan masyarakat mensosialisaikan kembali dikeluarga sebab masyarakat sudah mengerti tentang arti pentingnya kesehatan dan ketentuan ketika ada serangan penyakit dalam hal ini adalah penyakt TB Paru.
            Manfaat yang diambil apabila selesai sosialisai atau penyuluhan kemasyarakat, diharapkan akan terjadi perubahan perilaku. Berubah perilaku dari nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kesehatan menjadi sesuai dengan kesehatan, contoh ketika seseorang tidak peka terhadap penyakit maka akan lebih waspada sehingga menghasilkan masyarakat dengan pola pikir mengenai paradigma sehat bahwasanya mencegah lebih baik dari pada mengobati. Tetapi tidak cukup jikalau hanya sampai perubahan perilaku, karena orang yang telah berperilaku sehat tidak menutup kemungkinan untuk kembali berperilaku tidak sehat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembinaan dan pengembangan perilaku sehat dengan membuat suatu program kemasyarakatan, agar masyarakat tercipta rasa peduli secara kebersamaan akan kesehatan. Langkah lain agar masyarakat berperilaku sehat yaitu dengan membuat suatu kebijakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, agar dapat dilaksanakan oleh setiap lapisan masyarakat. Kebijakan bisa berupa perintah atau berupa sanksi apabila melanggar ketentuan, dengan hal ini diharapkan masyarakat menjadi tetap konsisten dalam melaksanakan perilaku sehat. Sebab salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penyakit sangat mudah dan cepat adalah dengan perilaku yang tidak sehat. Sangat sensitif masalah perilaku, sebab perilaku berhubungan dengan banyak hal, misal dengan lingkungan baik makhluk hidup ataupun tidak hidup. Perubahan perilaku dalam hal ini, dapat menimbulkan efek positif seperti rasa kemanusiaan yang tinggi, tolong menolong, rasa milik bersama tidak ada perbedaan, hidup bersama dan saling menguntungkan. 
11

BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
            Akibat dari penyebaran penyakit TB Paru yang sangat mudah dan cepat dimasyarakat akan meningkatkan angka kesakitan yang tidak terkendali. Hal ini diperlukan strategi untuk penanggulangan penyakit TB paru. Salah satu cara penanggulangan adalah dengan melakukan pendekatan baik terhadap penderita maupun terhadap masyarakat luas. Pendekatan dilakukan berawal dengan memberikan pengaruh terhadap orang yang paling dipercaya di masyarakat, agar lebih mudah diterima informasi dari petugas kesehatan terhadap masyarakat luas. Kemudian, petugas kesehatan memberikan edukasi dengan cara sosialisasi atau penyuluhan terhadap masyarakat mengenai penyaki TB Paru secara terbuka dan dibahas dengan rinci. Harapan dilakukan sosialisasi atau penyuluhan dapat merubah pola pikir dengan perilaku sehat agar tercipta masyarakat sehat tanpa berobat. Selain petugas kesehatan, selanjutnya masyarakat itu sendiri yang akan mensosialisasikan informasi mengenai penyakit TB Paru terhadap orang terdekat dalam hal ini adalah keluarga.
B.       Saran
            Saya memberikan saran khususnya terhadap petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan terhadap masyarakat luas agar tercipta masyarakat yang sehat dan memiliki pola pikir paradigma sehat. Pentingnya penyuluhan sebab masyarakat memerlukan informasi terkait penyakit TB Paru yang mudah menular. Faktor lain yang menyebabkan harusnya penyuluhan karena masyarakat kurang aktiif dalam mencari informasi, maka dari itu petugas kesehatan yang harus bergerak menyampaikan informasi.
12


DAFTAR PUSTAKA

Astusi dan Angga, (2010). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media Jakarta
Suharyo, Determinan Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013. 9(1):85-91
Saydam, Gouzali (2011). Memahami berbagai penyakit pernapasan dan gangguan pencernaan. Bandung : Alfabeta
Soekano, Soerjono dan Budi Sulistyowati (2017). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Rahmaniati, Martya. Pola Penyebaran Kasus Tuberkulosis Dengan Pendekatan Spasial-Statistik.Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012. hal 5-10














13


No comments:

Post a Comment