Sunday, October 21, 2018

Penyakit Diare


A.    Pengertian Diare

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare.

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selama dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dan 3 kali perhari pada bayi dan lebih dari 6 kali perhari pada anak, yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi encer.



B.     Penyebab Diare

Diare merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang umum ditemukan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, maupun virus. Ada ribuan jenis organisme patogen tersebut yang dapat menginfeksi saluran pencernaan dan menjadi penyebab diare. Dari kelompok bakteri, ada empat jenis bakteri yang umum ditemui dalam kasus-kasus diare di berbagai belahan dunia, yaitu campylobacter, salmonella, shigella, dan E. Coli.  

Campylobacter merupakan salah satu bakteri penyebab diare yang dapat menginfeksi manusia dan hewan, khususnya unggas. Infeksi campylobacter biasanya tidak terjadi langsung dari penderita ke manusia, namun melewati media perantara yang berupa makanan, seperti daging yang tidak dimasak dengan benar, produk-produk susu dan keju yang tidak dipasteurisasi, atau air yang terkontaminasi. Untungnya, bakteri penyebab diare ini cenderung lemah di udara luar. Bakteri akan bertahan pada suhu tubuh, namun dapat mati jika terpapar oksigen atau berada dalam lingkungan yang kering.  

Selain Campylobacter, bakteri penyebab diare yang lainnya adalah salmonella. Bakteri ini sering ditemukan pada daging mentah atau pada produk-produk berbahan dasar susu. Salmonella juga sering ditemukan pada hewan reptilia. Setelah infeksi pada tubuh, Salmonella dapat berkembang dengan cepat, dan gejala dapat muncul dalam rentang waktu 12 jam hingga 3 hari, dan dapat bertahan hingga tujuh hari. Salmonella merupakan bakteri yang cukup lemah. Bakteri ini dapat mati pada suhu tinggi sehingga untuk membunuhnya, cukup masak bahan-bahan makanan yang akan dimakan.  

Bakteri lainnya adalah Shigella. Bakteri jenis ini seringkali menyebabkan diare yang disertai dengan darah. Tidak seperti bakteri penyebab diare lainnya, Shigella dapat berpindah dari manusia ke manusia. Biasanya kasus diare karena Shigella muncul di dalam komunitas dengan gaya hidup yang kurang higienis. Bakteri ini hidup di air dan dapat menempel pada makanan. Shigella dapat dengan mudah dihindari apabila Anda rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun.  

Satu jenis bakteri lain yang sering ditemukan pada kasus-kasus diare adalah bakteri E. Coli. Kebanyakan bakteri E. Coli tidak berbahaya, dan seringkali hidup dalam saluran pencernaan manusia. Namun, beberapa jenis bakteri ini dapat mengeluarkan racun yang menimbulkan infeksi yang akut, dan menyebabkan diare. Umumnya, infeksi terjadi pada anak-anak. Seperti halnya Shigella, bakteri ini juga dapat berpindah dari manusia ke manusia.  

Sebagian kasus infeksi bakteri terjadi karena kontaminasi pada makanan, namun sebagian besar lagi terjadi karena kebiasaan yang kurang sehat, termasuk malas mencuci tangan. Padahal, cuci tangan menggunakan sabun merupakan pertahanan utama dalam mencegah infeksi bakteri. Cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting, yaitu sebelum sarapan, sebelum makan siang, sebelum makan malam, setelah menggunakan toilet, dan saat mandi. Dengan melakukan kebiasaan yang sederhana ini, kita akan terselamatkan dari infeksi bakteri patogen yang berbahaya.  


C.     Penularan

Juffrie dan Mulyani (2011) Faktor resiko yang dapat meningkatan penularan enteropatogen antara lain: tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higenis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.

1.      Faktor umur

Sebagian besar episiode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.

2.      Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Escheria coli dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik pada neonatus. Meskipun Escheria coli sering ditemukan pada lingkungan ibu dan bayi, belum pernah dilaporkan bahwa ASI sebagai sumber infeksi Escheria coli (Alan & Mulya, 2013).


3.      Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah tropik (termasuk indonesia), diare yang disebabkan oleh retrovirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.


D.    Tanda Dan Gejala

Ketika mendiagnosis penyakit diare, biasanya dokter akan menanyakan seputar gejala yang dialami. Diare umumnya terjadi karena adanya gangguan pada sistem pencernaan, sehingga gejala yang ditemui pun sebagian besar adalah gejala dari sistem pencernaan. Selain dilihat dari tinja yang encer, berikut beberapa tanda dan gejala diare baik pada orang dewasa dan anak-anak:

1.      Peningkatan frekuensi buang air besar

2.      Peningkatan jumlah tinja tiap kali buang air besar

3.      Rasa melilit serta kram pada bagian perut

4.      Kembung, sering buang gas (kentut) dan bersendawa

5.      Muncul rasa mual dan ingin muntah

6.      Pada bayi, biasanya akan terlihat warna kemerahan pada kulit di sekitar bokong

7.      Akan diserta dengan demam, jika diare disebabkan oleh infeksi

8.      Jika terjadi dehidrasi, maka penderita akan merasa lemas, ujung jari terasa dingin, dan hilang kesadaran

9.      Pada penderita disentri akan keluar darah dan lendir saat buang air besar


Untuk gejala diare ringan, biasanya hanya berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Sedangkan pada diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari maka dianggap sebagai diare kronis yang bisa menjadi tanda dari penyakit lain, seperti radang usus dan infeksi yang berat. Jika tidak segera diatasi, diare yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat mengancam nyawa penderitanya.


E.     Pengobatan

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan pengobatan diare yang baik untuk diberikan kepada penderita, yaitu sebagai berikut:

1.      Pemberian Cairan

Pemenuhan cairan pada tubuh penderita diare sangat penting mengingat komplikasi yang sering terjadi pada diare adalah dehidrasi. Pemberian banyak cairan memiliki tujuan untuk menggantikan cairan yang keluar saat diare. Jika tidak digantikan, maka tubuh akan mengalami defisit cairan dan menyebabkan perubahan keasaman darah. Kondisi ini dapat mengurangi volume darah yang menghantarkan oksigen sehingga dapat mengganggu metabolisme sel dan bisa berakibat fatal. Pada bayi, pemberian ASI harus terus diberikan ketika mengalami diare. Namun, Anda perlu membatasi penggunaan susu yang mengandung laktosa. Sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu untuk mengantisipasi adanya gangguan penyerapan zat tertentu. Oralit juga menjadi alternatif yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi saat mengalami diare. Oralit memiliki tingkat kelarutan yang baik sehingga mudah diserap di usus. Anda juga dapat menggantikan larutan oralit dengan larutan gula garam. Caranya cukup mencampurkan satu sendok teh gula dan garam ke dalam satu gelas (200 cc) air minum. Jika pemberikan cairan secara oral tidak bisa diupayakan seperti mengalami muntah berat, maka perlu dilakukan penggantian cairan dengan intravena atau infus.

2.      Pemberian Nutrisi yang Baik

Pengobatan terbaik pada penderita diare adalah pemberian nutrisi yang baik dan seimbang. Jangan sampai ketika Anda mengalami diare, konsumsi makanan menjadi menurun. Anda harus tetap makan seperti biasanya. Pada bayi yang masih menyusui pun harus tetap diberikan ASI secara intensif. Bila mengalami mual, makanan bisa diberikan sedikit -sedikit tetapi lebih sering. Konsumsi serat sebaiknya agak dikurangi agar konsistensi tinja lebih padat.

3.      Pemberian Obat-obatan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebenarnya menunjukkan bahwa konsumsi obat-obatan tidak dapat menyembuhkan kondisi diare yang dialami. Obat antidiare tidak mengatasi penyebab diare sehingga pemakaian obat-oabtan antidiare sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Pemberian antibiotik pun hanya untuk indikasi tertentu, misal pada disentri dan kolera. Pemakaiannya pun  harus dibatasi karena jika digunakan dengan tidak benar dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal pada usus. Untuk diare yang disebabkan oleh virus tidak membutuhkan antibiotik.

4.      Pemberian Seng atau Zink

Seng, zink, atau zat besi merupakan salah satu zat mikronutrisi. Zat ini dapat menurunkan frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta mengatasi diare berulang. Anda dapat mengonsumsi seng atau zink selama 10-14 hari dengan kadar 20 mg per hari. Pada anak usia di bawah 6 tahun dosisnya ialah 10 mg per hari.

5.      Perawatan Lebih Lanjut

Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter apabila diare yang dialami disertai dengan demam, diare berdarah, berkurangnya nafsu makan, dehidrasi, dan tidak sembug lebih dari 3 hari.


F.     Cara Mencegah Diare

Tindakan terbaik dalam mengatasi diare adalah melakukan pencegahan diare sejak dini. Kebersihan menjadi kunci pokok yang harus diperhatikan dalam upaya pencegahan diare. Beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:

1.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan kecil

2.      Tidak sembarangan mengonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya

3.      Tidak mengonsumsi air yang tidak matang

4.      Memisahkan makanan yang matang dan yang mentah

5.      Selalu memasak menggunakan bahan dasar yang masih segar

6.      Menyimpan makanan di lemari pendingin dan tidak terlalu lama membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar matahari

7.      Menghindari penggunaan handuk dan peralatan makan yang sama jika ada keluarga yang mengalami diare

8.      Membersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar

9.      Istirahat yagn cukup


Melakukan pola hidup sehat dan seimbang adalah cara terbaik untuk menghindari kemungkinan berbagai penyakit, seperti diare. Meskipun diare merupakan penyakit yang umum terjadi, Anda harus cepat mengatasinya dengan cara yang tepat. Jika dibiarkan, diare dapat menimbulkan dehidrasi yang berat sehingga bisa berakibat fatal bagi penderitanya.





5 comments:

  1. How To Deposit - Casino Roll
    A bonus on w88 slots is 바카라 양방 사이트 a wager on a slot or titanium wire other game or contest. When someone makes bet analysis a deposit, you can claim the bet, play and deposit for 슬롯 나라 free.

    ReplyDelete